TEMPO.CO, Jakarta - Pohon-pohon besar yang tumbuh di Jakarta kerap menjadi momok saat musim hujan tiba. Sebab pohon-pohon itu bisa sewaktu-waktu tumbang ketika hujan turun disertai angin kencang. "Kita tahu bahwa selama ini banyak kasus pohon tumbang di sejumlah titik di Jakarta,” kata pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, di Jakarta, Sabtu, 22 April 2017.
Agar pohon itu tidak membahayakan, kata Nirwogo, pemerintah melakukan langkah antisipasi dengan pola pemangkasan. Pemangkasan sering dilakukan tanpa memperhitungkan jenis dan usia tanaman. "Padahal masing-masing pohon memiliki umur dan karakter yang berbeda satu sama lain," katanya.
Titik Deborah, dosen arsitektur lanskap Universitas Trisakti, mengatakan pepohonan merupakan unsur penting dalam sistem penataan kota. Sebuah kota tanpa pepohonan akan terlihat gersang. Karena itu pemangkasan pohon sebaiknya tidak dilakukan secara serampangan. “Perlu ada data pepohonan agar pemangkasan bisa dilakukan secara terencana," ucapnya.
Menurut Titik, data yang dia maksud itu memuat informasi tentang usia dan jenis pohon. Dengan data itu, pemangkasan hanya dilakukan pada pohon-pohon yang memang membahayakan. “Jadi tidak harus semua pohon dipangkas,” katanya.
Komunitas penggiat lingkungan dan kalangan akademisi hari ini memulai kegiatan pendataan pepohonan di Jakarta. Data jutaan pohon itu nantinya dimasukan ke database untuk keperluan pembentukan "Kartu Tanpa Pohon" elektronik. “Dengan database ini nantinya pemerintah bisa menilai, mana pohon yang harus dipertahankan, mana pohon yang sudah waktunya dipotong, bahkan ada pohon besar, yang tidak perlu dipotong karena masih kuat," kata Nirwono.
Pendataan pohon ini diikuti 54 mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta, Institut Pertanian Bogor, Universitas Nasional, Universitas Indonesia, Institut Sains dan Teknologi Nasional, Universitas Trisakti, dan bersama Komunitas AyoKeTaman serta Kemitraan Kota Hijau.
FAJAR PEBRIANTO | SSN