TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti senior National University of Singapore, Rita Padawangi, mengkritik rencana Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang akan menggusur kembali Kampung Akuarium, Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara.
Menurut Rita, sebelum dilaksanakan penggusuran pada 11 April 2016, saat itu pihaknya masih dilakukan pemetaan budaya bekerja sama dengan UNESCO. Museum Bahari dan Kampung Luar Batang yang menjadi cagar budaya, ujar Rita, mempunyai keterikatan dengan Kampung Akuarium.
Baca: Ahok Akan Gusur Pasar Ikan, Anies: Tahan Dulu
"Waktu penggusuran kami sangat prihatin, karena penelitian belum selesai," ujar Rita di Kota Tua, Jakarta, Sabtu, 29 April 2017. Menurut Rita, cagar budaya bukan sekadar bangunan fisik, tapi karakteristik sosial dan budaya masyarakatnya.
Sayangnya, Rita menambahkan, penekanan revitalisasi Museum Bahari hanya pada bangunan. Padahal cagar budaya itu berproses dengan kehidupan permukiman di sekitarnya. "Museum Bahari memang bagian dari sejarah kolonial Kota Tua, Jakarta, tapi Kampung Akuarium di Pasar Ikan merupakan bagian dari sejarah kontemporernya," ucap Rita.
Rita mengatakan, jangan melihat Kota Tua Jakarta hanya sejarah kolonial. Kota tua itu merupakan tempat manusia bermukim. “Keprihatinan saya banyak orang menganggap Kota Tua hanya Taman Fattahillah dan Museum Jakarta. Sejarah Kota Tua adalah pesisir Jakarta, yakni Pelabuhan Sunda Kelapa. Termasuk Pasar Ikan dan Glodok," ujar Rita.
Baca juga: Ahok Akan Gusur Pasar Ikan, Hilmar: Kampung Adalah Ruang Hidup
Menurut Rita, pembenaran pemerintah saat menggusur Kampung Akuarium di Pasar Ikan dengan alasan agar Museum Bahari bisa terlihat lebih jelas dan tak terhalang oleh permukiman kumuh, sangat tidak relevan, karena keduanya sudah menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan. "Terkait kekumuhan ya perbaikan dong infrastrukturnya, tapi bukan dengan menggusur," ujarnya.
IRSYAN HASYIM | ALI ANWAR