TEMPO.CO, Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sudah berkirim surat kepada Presiden Joko Widodo dan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo untuk meminta mundur sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Rabu, 24 Mei 2017 lalu. Ahok menulis surat itu di dalam Markas Komando Brimob, Depok, tempatnya menjalani penahanan setelah hakim memvonisnya sebagai penoda agama.
Dua hari sebelumnya, Ahok telah memutuskan tak melawan vonis itu. "Dia ingin keberadaannya bermanfaat bagi negara, bukan menjadi beban bagi pemerintahan Presiden Jokowi saat ini," kata I Wayan Sudirta, mengungkapkan isi surat pengunduran diri sebagai gubernur yang diajukan kliennya itu. Ahok, kata Wayan, juga ingin menegaskan kepada kubu yang kontra bahwa dia tidak akan kembali ke Balai Kota.
Baca: Ahok Mundur, Mendagri Segera Lantik Djarot sebagai Gubernur DKI
Surat itu dibuat ketika pemerintahannya di Jakarta memasuki usia 2,5 tahun. Ahok dilantik sebagai Wakil Gubernur Jakarta pada Oktober 2012. Dia lalu menggantikan Joko Widodo sebagai Gubernur Jakarta pada November 2014. Sejak itu, Ahok menyebut dirinya sebagai administrator di Ibu Kota.
Gaya administrasinya bak pisau bermata dua. Dia, antara lain, membuat danau dan sungai lebih bersih serta tertata sekaligus merelokasi penduduk secara intensif.
Ahok juga menciptakan keadilan versinya dengan menyediakan kesejahteraan tinggi tapi mudah memecat anak buah yang didapati tak berkinerja baik. Ahok menyetujui reklamasi dan pemberian kompensasi atas pelanggaran pengembang demi bisa menambah ruas jalan, jumlah taman, dan fasilitas penanggulangan banjir. Dia pun tak sungkan menggerus bus-bus kota usang dengan membuat bus Transjakarta menggurita.
Berikut ini beberapa catatan perkembangan di Jakarta tersebut.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
2013: 78,08
2014: 78,39
2015: 78,99
2016: 79,60
Batas kategori IPM sangat tinggi adalah 80,00
Jumlah Penduduk Miskin (ribu orang)
2013: 354,19
2014: 393,90
2015: 398,92
2016: 385,84 (sampai September)
Pertumbuhan Ekonomi (%)
2013: 6,11
2014: 5,95
2015: 5,88
2016: 5,85
APBD (Triliun Rupiah)
2013: 50,1
2014: 72,9
2015: 73,08
2016: 67,1
2017: 70,19
Serapan Anggaran DKI Jakarta (%)
2013: 84,35
2014: 59
2015: 70
2016: 83
Pengadaan bus Transjakarta
2012-2013: 234 unit asal Cina
2014: 40 unit asal Cina
2016: 300 unit asal Eropa
Beberapa Proyek Besar:
- Membangun Jakarta Smart City
- Konstruksi kereta cepat (MRT) Jakarta koridor selatan-utara tahap I
- Membangun jalan layang khusus Transjakarta Tendean-Ciledug
-Membangun Simpang Semanggi
-Memulai proyek kereta ringan (LRT)
-Menyelesaikan pembangunan RSUD Pasar Minggu
-Menyelesaikan pembangunan Masjid Raya
-Merenovasi RSUD Koja
-Menyelesaikan jalan layang non-tol Kampung Melayu-Tanah Abang
-Menyelesaikan pelayanan terpadu satu pintu
-Membuat Qlue, yaitu aplikasi laporan warga Jakarta tentang prasarana
Baca selengkapnya di Koran Tempo
WURAGIL| FRISKI RIANA | EVAN (PDAT) | Sumber: Wawancara, BPS Jakarta, Pemprov DKI