TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengaku bebannya lebih berat dalam menyelesaikan program kerja sampai Oktober 2017. Kini Djarot tidak lagi bersama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, gubernur yang digantikannya, yang saat ini sedang mendekam di Markas Komando Brimob, Kelapa Dua, Depok, karena tersandung kasus penodaan agama.
Meski begitu, Djarot bersyukur karena memiliki tim birokrasi yang solid dan kompak. Djarot berharap para birokrat yang terdiri dari pegawai negeri dipil (PNS) DKI Jakarta itu bisa bekerja sama menyelesaikan program yang harus rampung hingga akhir jabatannya.
Baca: Djarot Dilantik Jadi Gubernur DKI Ketiga dalam 5 Tahun Terakhir
"Makanya saya bilang sama teman-teman birkorasi ini kerja kami harus maksimal, sehingga sampai Oktober kami bisa memberikan yang terbaik untuk warga Jakarta, dalam tanda kutip 'legacy'," ujar Djarot di Balai Kota Jakarta, Kamis, 15 Juni 2017.
Apalagi, kata Djarot, Ahok pernah berpesan agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap layanannya. Menurut Djarot, dari berbagai hasil survei dan penelitian, tingkat kepuasan warga Jakarta pada pemerintahan ini, baik sewaktu dijabat Joko Widodo-Ahok, maupun Ahok-Djarot itu cukip tinggi, yaitu 70 persen.
"Baik pelayanan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan ekonomi itu semuanya di atas 70 persen. Tolong dijaga karena ini standar kami. Saya selalu bilang bahwa standar kerja kami ini cukup tinggi sehingga masyarakay DKI punya patokan berapa standarnya punya patokan," ujar Djarot.
Baca juga: Jadi Gubernur, Djarot Kejar Tingkat Kepuasan Warga Jakarta
Dengan adanya patokan seperti itu, Djarot berharap pemimpin selanjutnya dapat memperbaiki layanan terhadap warga DKI Jakarta ke arah yang lebih baik. "Patokan kami cukup tinggi, makanya kami berharap ke depannya harus lebih baik, lebih tinggi," ujar Djarot.
LARISSA HUDA