TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) Ahmad Safrudin mengatakan masyarakat dan pemerintah harus mewaspadai bahaya emisi karbon dari kendaraan bermotor saat mudik 2017. Tragedi mudik lebaran tahun lalu di pintu tol Brexit (Brebes Timur, Jawa Tengah) bisa dijadikan pelajaran. "Saat itu 11 orang meninggal dunia akibat pembunuh tak tampak (invisible killer) yakni terpapar emisi kendaraan saat terjebak kemacetan," kata Ahmad di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Rabu, 21 Juni 2017.
Menurut Ahmad, pencemaran udara saat mudik rawan pada titik kemacetan di Jalan Pantura Jawa maupun jalur selatan Jawa melalui Nagrek, Jawa Barat. Bahaya ini bukan hanya mengancam pemudik tapi juga pemukim di sekitar jalur mudik. "Sumbernya berasal dari pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan."
Baca:
Angkutan untuk Mudik 2017 yang Tak Laik Jalan Akan Dikandangkan
Mudik 2017, Waspadai Tiga Titik Rawan Kemacetan di Jawa Barat
Bahan beracun yang terkandung di dalam emisi gas buang kendaraan adalah Sulfur Dioxide, Nitrogen Dioxide, Carbon Monoxide, Ozone, dan Hydro Carbon. Umumnya polutan ini langsung mempengaruhi sistem pernafasan, pembuluh darah, hati, dan ginjal. Emisi karbon juga menyebabkan kematian dini. “Caranya, membuai korban dengan rasa kantuk, kemudian tertidur, dan tak pernah bangun lagi."
Untuk mencegah terulangnya korban meninggal karena emisi gas buang, menurut Ahmad, perlu diatur agar kemacetan selama prosesi perjalanan mudik bisa dicegah. Penyedia jalan tol sebaiknya berani menutup pintu masuk jika sudah melampaui kapasitas. "Sistem buka-tutup jalur tol juga harus diberlakukan."
Baca juga:
Polisi Tembak Mati Kapten Perampok Daan Mogot di Banyuwangi
Bayar THR Rp 8.000, Perusahaan Garmen di Depok Terancam Sanksi
Pemudik, kata dia, harus mempersiapkan diri untuk mengelola perjalanan. Hindari terlalu lama berada di dalam mobil jika terjadi kemacetan panjang. Saat mobil terjebak kemacetan sebaiknya buka jendela mobil. "Kalau memungkinkan matikan mesin mobil dan keluar sejenak untuk menghidup udara yang lebih segar," ujarnya.
Cara terbaik, menurut Ahmad, dengan menghindari penggunaan kendaraan pribadi dan mengutamakan angkutan umum massal seperti kereta api. "Kalau memang sudah tidak dapat tiket sebaiknya menunda mudik terlebih dahulu."
IRSYAN HASYIM | ENDRI KURNIAWATI