TEMPO.CO, Depok - Lebih dari dua tahun, kasus kematian Akseyna Ahad Dori, mahasiswa jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, masih terus diselidiki Kepolisian Daerah Metro Jaya.
Saat bulan puasa Juni 2017, kepolisian mengirim tim ke Yogyakarta untuk menemui keluarga Ace, sapaan Akseyna. "Kami menemui keluarga Askeyna di Yogyakarta, untuk mencari keterangan tambahan," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Depok Komisaris Teguh Nugroho, Sabtu, 8 Juli 2017.
Menurut Teguh, keterangan tambahan tersebut, diharapkan bisa membantu proses penyelidikan kematian Ace. "Bulan lalu saya minta warga sipil mendatangi keluarganya, untuk menggali keterangan," ucapnya. Namun Teguh enggan berbicara banyak mengenai informasi tambahan yang didapatkannya.
Pengungkapan kasus kematian Ace ini karena lokasi penemuan mayat tidak steril dan sudah didatangi banyak warga yang penasaran ingin melihat jasad Ace. Sehingga, polisi kesulitan mencari bukti permulaan dalam kasus ini.
Semula, mayat Akseyna diperkirakan sebagai warga sekitar UI, yang tenggelam di dalam danau. Namun, setelah empat hari, mayat tersebut baru diketahui identitasnya oleh keluarga Ace, yang datang ke rumah sakit. "TKP awal sudah rusak. Kami tidak menemukan petunjuk dari sana," ucapnya.
Polisi sempat menduga bahwa Ace meninggal karena bunuh diri. Namun, polisi kemudian meralat pernyataan tersebut. Setelah penyelidikan lebih lanjut, diduga kuat Ace, tewas dibunuh.
Analisis dari grafolog Amerika Hand Writing, Deborah Dewi, mengantarkan dugaan awal pembunuhan atas kematian Ace. Dari hasil analisisnya, Deborah mengungkapkan ada dua orang yang menulis secarik kertas, yang ditemukan teman Ace di kamarnya di Wisma Widya Kelurahan Kukusan, Beji.
Lebih jauh, Teguh mengatakan telah mengantongi satu alat bukti terkait dengan kasus pembunuhan Ace. "Kami butuh dua alat bukti, untuk menangkap tersangkanya," ucapnya. "Doakan saja tahun ini bisa diungkap."
Orang tua Ace, Mardoto membenarkan ada dua warga sipil yang datang ke rumahnya sebelum Lebaran. Kedua orang itu, datang selepas magrib. "Cuma datang sebentar. Dan menanyakan kasus anak saya. Lalu pulang karena saya mau salat tarawih," ujarnya.
Mardoto berharap polisi bisa segera mengungkap kasus pembunuhan terhadap anaknya. Menurut dia, polisi bisa mengungkap kasus ini dari beberapa bukti pendukung yang telah dikantongi. "Salah satunya surat wasiat dan tweet dosen (pembimbingnya Ace)," ucap perwira TNI AU itu.
IMAM HAMDI