TEMPO.CO, Tangerang - Jembatan bambu yang membentang sepanjang 30 meter ambruk di atas Sungai Cimantuk, Desa Sukamanah, Kecamatan Jambe, Kabupaten Tangerang, Rabu pagi, 12 Juli 2017.
Akibatnya, empat orang warga yang saat itu melintas mengendarai sepeda motor terjatuh ke sungai dan mengalami luka-luka. Keempat korban adalah Asep, 35 tahun, Arman (32), Yadi (21), dan Hakim (25). Para korban dirawat di klinik terdekat.
Baca: Jembatan Ambruk, Akses Wilayah Tangerang Terputus
Kepala Desa Sukamanah Darul mengatakan kondisi jembatan bambu sudah lapuk karena terkena hujan dan panas. "Pada saat kejadian sehabis hujan deras semalaman, paginya warga mengendarai sepeda motor berpapasan di tengah jembatan, langsung ambruk, tiga kendaraan kecebur ke sungai," kata Darul saat dihubungi Tempo, Rabu.
Menurut Darul, jembatan bambu selebar 2 meter tersebut dibangun pada 1960-an. "Sejak saya kecil, jembatan sudah ada. Warga setiap tiga bulan sekali mengganti bambu yang lapuk dengan bambu baru," katanya.
Biaya pembuatan jembatan merupakan iuran warga. Sudah puluhan tahun jembatan itu tak pernah mendapat bantuan dan dibangun pemerintah. "Sudah diusulkan dalam musyawarah perencanaan dan pembangunan (musrembang), tapi nonprioritas," ujar Darul. “Tolong pemerintah perhatikan kami.”
Darul mengatakan secara fisik jembatan yang dibangun warga dengan gotong royong itu berdiri setinggi 7 meter dari permukaan air Sungai Cimantuk. Sungai ini, kata Darul, merupakan aliran Sungai Cigudeg di Bogor dan seterusnya mengalir ke Sungai Cimanceuri di Kabupaten Tangerang.
Meski bentangan sungai mencapai 30 meter, kedalaman sungai tidak terlalu curam. "Tidak dalam tapi arus airnya sangat deras. Sungai ini cocok untuk arung jeram" kata Darul.
Di atas jembatan bambu yang konstruksinya hanya diikat dengan kawat ke pepohonan di sekitar sungai itulah warga Sukamanah dan sekitarnya sehari-hari melintas, baik menuju Kecamatan Legok, Curug, di Tangerang maupun menuju Parung Panjang di Bogor.
"Jembatan alternatif yang strategis, bisa ditempuh sekitar lima belas menit dengan sepeda motor," kata Darul. Dia menambahkan, jika melewati jalan utama dengan sepeda motor perjalanan memakan waktu lebih dari satu jam.
Karena memperpendek jarak tempuh, pengguna jembatan bambu itu sehari mencapai 50 lebih kendaraan. "Lalu lintas jembatan selama 24 jam tanpa sarana lampu penerang. Mengandalkan lampu sorot kendaraan saja," kata Darul.
Kepala Dinas Bina Marga Kabupaten Tangerang Slamet Budi Mulyanto mengatakan jembatan tersebut lokasinya di perbatasan antara Kabupaten Bogor dan Kabupaten Tangerang. "Kewenangan Provinsi Banten. Pemkab Tangerang sudah mengusulkan pembangunan jembatan secara permanen ke pemerintah provinsi, hingga saat ini belum ada tindak lanjutnya," kata Budi.
Budi mengatakan, karena tidak ada tindak lanjut, Pemerintah Kabupaten Tangerang mengalokasikan dana hibah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2015 kepada TNI sebesar Rp 3 miliar. "Dana tersebut tidak diserap karena menyangkut aspek teknis," kata Budi.
Baca juga: Jembatan Ambruk di Jalan Tol BSD Dievakuasi Dua Crane
Selain itu, ada aspek aset yang harus dibahas kedua pemerintah daerah, sehingga saat ini tidak ada solusi berarti bagi warga di Kecamatan Jambe itu.
AYU CIPTA