Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Khairul, Bocah Pengamen di Monas yang Jengah dengan Kekerasan

image-gnews
Sekitar 800 anak marjinal ikut dalam kegiatan 'Jambore Sahabat Anak' yang digelar selama dua hari ini, yaitu Sabtu-Minggu, 22-23 Juli 2017 di Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu, 22 Juli 2017. TEMPO/Larissa
Sekitar 800 anak marjinal ikut dalam kegiatan 'Jambore Sahabat Anak' yang digelar selama dua hari ini, yaitu Sabtu-Minggu, 22-23 Juli 2017 di Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu, 22 Juli 2017. TEMPO/Larissa
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Nasib Khairul, 16 tahun, tak sama seperti bocah ibu kota kebanyakan. Di usianya yang masih belia, Khairul tak lagi mengenyam pendidikan sejak kelas dua sekolah dasar (SD). Karena kebutuhan ekonomi yang mendesak, ia memilih menjadi seorang pengamen di kawasan wisata Monumen Nasional, Jakarta Pusat.

"Saya sudah enggak mau sekolah lagi. Lebih baik cari uang," ujar Khairul saat dijumpai di  kegiatan Jambore Sahabat Anak di Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu, 22 Juli 2017.

Baca: Hari Anak Nasional, 800 Anak Marjinal Ikut Jambore di Ragunan

Meskipun bertahun-tahun mengais rezeki dengan bernyanyi, nasib Khairul tak berubah. Bahkan, Khairul justru merasakan kerasnya hidup di jalanan. Demi uang Rp 50 ribu yang bisa ia kantongi setiap harinya, Khairul tak jarang harus berkelahi dengan rekan sebayanya atau bahkan pendengar suara sumbangnya.

Selama menjadi pengamen, Khairul tak jarang menerima bogem mentah. Menurut Khairul, serangan itu ia dapatkan karena perbuatannya sendiri. Terlalu lama di jalan membuat Khairul cepat naik pitam. Tak suka dengan pelanggannya, dia langsung berang. Bahkan sering juga bentakannya itu berujung pada keributan.

Baca: Hari Anak Nasional, Anak Marjinal Rentan Mendapat Kekerasan

"Saya suka marah sama orang yang saya 'ngameni' (pendengar nyayian pengamen). Mereka suka 'songong' enggak menghargai saya, dia diam aja dan enggak kasih uang," ujar Khairul menunjukkan wajah kesalnya.

Bergabung dalam bimbingan belajar (bimbel) yang dibentuk oleh komunitas Sahabat Anak tak membuat Khairul berubah total. Butuh waktu tahunan hingga ia sadar bahwa kekerasan bukanlah cara yang baik untuk menunjukan emosinya. Perlahan Khairul menyadari bahwa jalanan bukan tempat yang pas untuk mencari uang.

Baca: Forum Anak Nasional di Pekanbaru Mengangkat Isu Kebhinekaan

Karena bertahun-tahun ikut bimbel Sahabat Anak, Khairul hampir setiap tahun ikut kegiatan Jambore Sahabat Anak. Tahun ini, Khairul bagian dari 800 peserta lain yang ikut belajar tentang cara melindungi diri sendiri. Sesuai tema jambore, setiap anak berhak mendapatkan perlindungan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Koordinator Jambore Sahabat Anak Saskia Risita Indrasari mengatakan komunitasnya tengah gencar berkampanye larangan memberikan uang pada anak kaum marjinal. Menurut Saskia, larangan memberi uang jadi salah satu cara memutus mata rantai anak jalanan. Kebiasaan memberikan uang pada anak akan melanggengkan jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

Baca: Jokowi Dijadwalkan Rayakan Hari Anak Nasional di Riau

"Kalau turun ke jalan, anak-anak ini bisa dapat ratusan ribu dalam sehari yang mana arti ya mereka enggak ada alasan dong untuk enggak di jalan," ujar Saskia.

Pola pikir tersebut, kata Saskia, akhirnya bisa menimbulkan tingginya angka putus sekolah. Menurut Saskia, cara untuk mengurangi jumlah anak jalanan harus memotong sumber mata rantainya, yaitu si pemberi uang yang selama ini dipikir sebagai sumber pendapatan.

"Makanya kami kampanyekan kalau melihat anak-anak di jalan, jangan kasih uang, lebih baik jadi sahabat anak," ujar Saskia.

Baca: Banyak Perempuan di Bawah Umur yang Terlalu Diberdayakan

Meski masih tidak mau melanjutkan pendidikan, paling tidak Khairul paham bahwa jalanan buka tempat mencari uang. Kini, Khairul memutuskan untuk bekerja menjadi seorang pelayan di sebuah restoran di kawasan Pasar Senen. Di tengah kesibukannya bekerja, Khairul menyempatkan hari liburnya untuk tetap bergabung di bimbel Sahabat Anak.

Sejak bekerja ia mampu mengumpulkan uang Rp 1,6 juta setiap bulannya. Uang itu ia pakai untuk memenuhi kebutuhannya serta kedua orangtuanya yang sampai saat ini tidak memiliki pekerjaan. Para relawan beberapa kali memaksa Khairul untuk ikut ujian Paket C, namun sampai saat ini keinginan itu belum muncul di benak Khairul.

LARISSA HUDA 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hari Anak Sedunia, 7 Cara Melatih Mental Anak untuk Hadapi Tantangan

20 November 2023

Ilustrasi anak bermain/UNIQLO
Hari Anak Sedunia, 7 Cara Melatih Mental Anak untuk Hadapi Tantangan

Menyambut Hari Anak Sedunia pada 20 November, bagaimana melatih mental anak yang kokoh di tengah tantangan dunia sekarang?


kumparanMOM Festival Hari Anak 2023 Ajak Anak-anak Bermain dan Belajar

2 Agustus 2023

Antusiasme pengunjung acara kumparanMOM Festival Hari Anak 2023 hari kedua. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan.
kumparanMOM Festival Hari Anak 2023 Ajak Anak-anak Bermain dan Belajar

kumparanMOM Festival Hari Anak dengan tema #BanyakMainBanyakBelajar sukses diselenggarakan pada 29-30 Juli di Taman Anggrek, Gelora Bung Karno, Jakart


Deretan Artis Korea Selatan yang Berdonasi untuk Rayakan Hari Anak

6 Mei 2023

Lee Jong Suk dan IU. Foto : Instagram
Deretan Artis Korea Selatan yang Berdonasi untuk Rayakan Hari Anak

Para artis Korea Selatan kompak melakukan donasi ke rumah sakit dan anak-anak yang membutuhkan.


Pesan Kak Seto di Hari Anak Sedunia

20 November 2022

Ilustrasi anak di sekolah. Shutterstock
Pesan Kak Seto di Hari Anak Sedunia

Kak Seto mengatakan peringatan Hari Anak Sedunia mengingatkan pentingnya pemenuhan hak-hak anak.


Apa Perbedaan Hari Anak Universal dan Hari Anak Internasional?

20 November 2022

Ilustrasi anak-anak berlari. shutterstock.com
Apa Perbedaan Hari Anak Universal dan Hari Anak Internasional?

Walaupun berbeda waktu peringatan Hari Anak Universal dan Hari Anak Internasional, nilai tujuan utamanya tetap sama


Asal-usul Hari Anak Universal Setiap 20 November

20 November 2022

Ilustrasi anak-anak. Freepik.com/freepic.diller
Asal-usul Hari Anak Universal Setiap 20 November

Asal-usul peringatan Hari Anak Universal telah mengalami perjalanan panjang hingga akhirnya diresmikan pada 1959


Hari Anak Nasional, Kemendikbud Gelar Lomba Cipta Lagu Anak

23 Juli 2022

Sejumlah pelajar bermain Yeye saat Festival Dolanan Anak dalam rangkaian Hari Jadi ke-197 Kabupaten Wonosobo di Alun-Alun kota Wonosobo, Jawa Tengah, Kamis 21 Juli 2022. Berbagai permainan tradisional seperti Bul Bulan, Gobak Sodor, Egrang, Yeye dan Bentengan yang dimainkan oleh ratusan pelajar tersebut bertujuan untuk menghibur masyarakat sekaligus melestarikan permainan tradisional yang mulai ditinggalkan generasi muda. ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Hari Anak Nasional, Kemendikbud Gelar Lomba Cipta Lagu Anak

Memperingati hari anak nasional, Kementerian Pendidikan menggelar lomba cipta lagu anak. Ini dilakukan untuk menyosialisasikan lagu anak Indonesia.


1.028 Anak Terima Remisi di Peringatan Hari Anak Nasional 2022

23 Juli 2022

Sejumlah anak didik lapas mementaskan teater di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas IA Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Kamis, 23 Juli  2020. ANTARA/Fauzan
1.028 Anak Terima Remisi di Peringatan Hari Anak Nasional 2022

Dari jumlah tersebut, 998 anak mendapatkan Remisi Hari Anak Nasional (RAN) I atau pengurangan sebagian hukuman.


Jokowi Atraksi Tiga Sulap di Hari Anak Nasional: Bimsalabim

23 Juli 2022

Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang menghadiri Hari Anak Nasional (HAN) 2022 di Istana Presiden Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 23 Juli 2022. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Jokowi Atraksi Tiga Sulap di Hari Anak Nasional: Bimsalabim

Jokowi melakukan sulap mengambil bola dan roti dari kantong kosong. Saat akan memulai sulapnya, Jokowi terlihat kebingungan dengan alatnya itu.


Ragam Aktivitas yang Bisa Dilakukan Bersama di Hari Anak Nasional

22 Juli 2022

Ilustrasi keluarga. Freepik.com
Ragam Aktivitas yang Bisa Dilakukan Bersama di Hari Anak Nasional

Berikut lima inspirasi aktivitas orang tua dan anak yang bisa dilakukan untuk merayakan Hari Anak Nasional.