TEMPO.CO, Bekasi - Tatapan mata Siti Zubaedah sayu. Istri almarhum Muhammad Aljahra alias Zoya, itu beberapa kali mengelus perutnya yang tengah mengandung, di rumah konttrakannya di Jalan Kampung Jati Bumi Asih, Cikarang Utara, Selasa sore, 15 Agustus 2017.
"Sudah enam bulan," kata Zubaedah membuka pembicaraan. Zoya, 30 tahun, terduga maling amplifier milik Musala Al-Hidayah yang dibakar massa di Pasar Muara, Desa Muara Bakti, Babelan, Kabupaten Bekasi, pada Selasa, 1 Agustus 2017. Peristiwa tragis itu berjarak satu kilometer dari Musala Al-Hidayah yang terletak di Kampung Cabang Empat, Hurip Jaya, Babelan.
Baca: Zoya Dibakar Massa, Polisi: Belum Ada Yang Kehilangan 2 Amplifier
Di rumahnya yang penuh dengan amplifier dan pengeras suara bekas itu, Zubaedah mengaku masih dalam suasana berkabung. "Saya masih bingung, masih trauma. Apalagi setelah lihat video ketika suami saya dibakar," ujar Zubaedah.
Mulanya, perempuan 25 tahun itu mengaku tidak mau melihat video yang sudah viral itu. Namun, karena penasaran, ia memutuskan mengabaikan rasa ngeri dalam dirinya. "Masya Allah nggak kuat ngeliatnya, tega bener orang-orang itu. Padahal suami saya sudah sujud minta ampun," ungkap Zubaedah.
Setelah dua pekan Zoya meninggal, Zubaedah mengaku tak takut lagi menjalani hidup. Ia mengatakan bertekad untuk menghidupi seorang anak lelakinya yang masih balita, Alif (4) dan calon anak keduanya, meski seorang diri.
Walau telah kehilangan suami, Zubaedah tak lantas murung berlarut-latur. Dia mengaku cukup terhibur dengan kedatangan berbagai khalayak ke kediamannya. "Kami sampai mendirikan tenda, karena tamu penuh terus setiap hari," kata Zubaedah.
Berbagai pihak menjenguknya beberapa hari ini, mulai dari pejabat, politikus, selebritis, lembaga sosial, organisasi kemasyarakatan, mendoakan dan memberi sumbangan. "Penuh banget selama sepuluh hari ini. Makanya, kita pasang tenda seperti orang hajat," ujar Zubaedah.
Zubaeah mengakui, tidak sedikit orang-orang yang bertakziah itu memberikan sumbangan. "Bantuan mah lebih dari cukup. Alhamdulillah, pihak keluarga sudah seneng bener," kata Zubaedah.
Bantuan itu, kata dia, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup setelah ditinggal suami. Dengan bersemangat, ia menceritakan rencananya untuk membuka toko kelontong dalam beberapa bulan ke depan. "Saya mau membuka toko kelontong atau sembako, sekarang sedang cari ruko untuk disewa," kata Zubaedah.
Zubaedah juga tak khawatir untuk mengumpulkan modal, karena ada beberapa orang yang siap menyumbangkan permodalan. "Termasuk menyumbang sembako untuk dijual," kata Zubaedah.
Ia memilih mendirikan toko kelontong lantaran sudah biasa berjualan sejak kecil. "Saya pernah jualan sayur di pasar, pernah juga jualan nasi uduk. Emang udah biasa dagang dari dulu," ucap Zubaedah.
Zubaedah mengaku akan pindah dari rumah yang dikontrak sejak 2012. Ia tak menyebut akan membeli rumah baru. "Alhamdulillah, beberapa bulan lagi, kami akan pindah supaya nggak ngontrak lagi," kata Zubaedah.
Sumber dananya, kata Zubaedah, berasal dari bantuan berbagai pihak yang dalam beberapa hari ini berdatangan. Meski disebut-sebut bantuan mencapai ratusan juta, Zubaedah enggan menyebut jumlah total bantuan yang dia terima.
"Yah, Alhamdulillah cukup buat sehari-hari. Lagian pengeluaran setiap hari juga banyak, cukup untuk bayarin orang doa-doa," ungkap Zubaedah. Sesuai tradisi kekuarganya, Zubaedah akan memperingati kematian suaminya dengan tahlilan pada hari ke-40, ke-100, dan setahun.
Baca juga: Zoya Dibakar Massa, Istri: Dia Hanya Bawa Obeng, Tang, dan Solder
Zubaedah juga mengaku tidak akan kebingungan menghadapi hari kelahiran anaknya yang akan diperkirakan akan berlangsung tiga bulan lagi. "Biaya persalinan juga sudah siap," kata Zubaedah sambil mengelus perutnya.
HISYAM LUTHFIANA