TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Nurdin Tampubolon, membantah menutup akses jalan di RW 07 Kelurahan Kayu Putih, Pulo Gadung, Jakarta Timur, tidak sesuai dengan prosedur. Menurut dia, pembelian lahan dan penutupan akses jalan itu telah sesuai dengan prosedur. "Orang-orang yang protes hanyalah provokator,” ujar Nurdin kepada Tempo, Senin, 21 Agustus 2017.
Nurdin mengaku sudah mendapat Surat Keputusan (SK) Gubernur tentang penyerahan dan pelepasan hak atas tanah pada 11 Juli lalu. SK itulah yang dijadikan landasan penutupan jalan oleh PT Nurdin Tampubolon Family (NTF), perusahaan yang dimiliki oleh anggota Fraksi Hanura di Dewan Perwakilan Rakyat tersebut.
Baca:
Anggota DPR Dituding Tutup Akses Jalan Warga Kayu Putih
Jalanan Ditutup, Warga Kayu Putih Tempuh Jalur Hukum
Penduduk sekitar, Muhammad Elbas, 62 tahun, warga RT 11 RW 07, Kelurahan Kayu Putih, mengakui Nurdin membeli lahan seluas 541 meter persegi kepada pemerintah DKI dengan harga sekitar Rp 7 miliar. Namun Elbas mengatakan Nurdin menutup jalan tidak sesuai dengan prosedur karena tanpa sosialisasi terlebih dahulu. “Tiba-tiba ditembok pada awal Agustus lalu."
Penutupan jalan itu dinilai merepotkan warga. Badriyah, 59 tahun, warga Kampung Baru RT 11 RW 07, mengatakan jalan yang kini ditutup itu biasa dilewati warga untuk menuju ke Jalan Raya Ahmad Yani dekat Kampus Trisakti. "Setelah ditutup, kalau mau ke jalan raya, jauh harus memutar melalui Kompleks Bulog," kata Badriyah, Senin. Menurut dia, penduduk sekitarnya tidak diberi tahu ihwal rencana penutupan akses jalan itu.
Baca juga:
Dinas Sosial Periksa Kondisi Psikis Tiga Bocah Pelaku Zoophilia
Pengusaha Panti Pijat di Bekasi Diduga Menjual Siswi SMK
Elbas bahkan harus membobol tembok samping rumahnya untuk akses jalan keluar-masuk. "Mau enggak mau temboknya dijebol supaya bisa lewat." Tembok yang dibangun Nurdin hanya menyisakan jarak sekitar 30 sentimeter dari pagar rumahnya ke tembok beton.
Camat Pulogadung Bambang Pangestu membantah tudingan warga tentang tidak adanya sosialisasi sebelum tembok dibangun. Sosialisasi bahkan dilakukan sejak sebelum ada proses jual-beli. "Sosialisasi digelar pada Maret lalu," kata Bambang.
DEVY ERNIS