TEMPO.CO, Jakarta - Muhammad Elbas, 62 tahun, penduduk RT 11 RW 07, Kelurahan Kayu Putih, mengatakan lahan seluas 541 meter di Kampung Baru, Kelurahan Kayu Putih, Pulo Gadung, Jakarta Timur, yang ditembok PT Nurdin Tampubolon Family, adalah tanah wakaf. “Tanah itu telah diwakafkan oleh warga terdahulu untuk kepentingan umum,” ujar Elbas, Senin, 21 Agustus 2017.
Meski telah diwakafkan, kata Elbas, tanah itu dibeli politikus Partai Hanura dari pemerintah DKI dengan harga sekitar Rp 7 miliar. Nurdin lalu menutup aksesnya dengan membangun tembok tanpa sosialisasi sebelumnya.
Baca:
Dituding Tutup Jalan, Legislator Nurdin: Mereka Hanya...
Jalanan Ditutup, Warga Kayu Putih Tempuh Jalur Hukum
Camat Pulogadung Bambang Pangestu membantah pernyataan Elbas. Menurut dia, sebelum proses jual-beli, ia telah menggelar sosialisasi pada Maret 2017. Ia juga membantah status kepemilikan lahan itu sebagai tanah wakaf. Dalam pertemuan itu, kata Bambang, ia menanyai warga tentang kepemilikan lahan itu. "Tanah warga siapa? Buktikan kepada kami legalitasnya." Tapi tak ada penduduk yang bisa menunjukkan bukti kepemilikan.
Menurut Bambang, lahan itu merupakan tanah bebas yang dikuasai DKI sebelum dibeli Nurdin. Lahan ini, menurut dia, masuk ke program Muhammad Husni Thamrin yang digagas mantan Gubernur DKI, Ali Sadikin.
Nurdin mengatakan sudah mendapat Surat Keputusan (SK) Gubernur tentang penyerahan dan pelepasan hak atas tanah pada 11 Juli lalu. SK itulah yang dia jadikan dasar menutup akses jalan.
Baca juga:
Ada Dugaan Intimidasi, Penghuni Kalibata City Lapor ke...
Monas Belum Bersertifikat, Djarot: Masih Tarik Ulur dengan...
Penutupan akses jalan di Kampung Baru oleh perusahaan Nurdin sejak awal Agustus 2017 diprotes warga sekitarnya. Penutupan akses jalan itu dinilai tidak sesuai dengan prosedur lantaran tak melibatkan warga. "Tak ada sosialisasi. Tiba-tiba ditembok," kata Elbas.
Akses jalan yang tertutup dinilai merepotkan warga. Badriyah, 59 tahun, warga Kampung Baru RT 11 RW 07, mengatakan jalan yang kini ditutup itu biasa dilewati warga untuk menuju ke Jalan Raya Ahmad Yani dekat Kampus Trisakti. "Setelah ditutup, kalau mau ke jalan raya, jauh harus memutar melalui Kompleks Bulog," kata Badriyah, Senin. Menurut dia, penduduk sekitarnya tidak diberi tahu ihwal rencana penutupan akses jalan itu.
Nurdin membantah. Menurut dia, pembelian lahan dan penutupan akses jalan itu telah sesuai dengan prosedur. "Orang-orang yang protes hanyalah provokator,” ujarnya.
DEVY ERNIS