Murid Sekolah Dasar Jakarta Rawan Kekurangan Gizi
Selasa, 25 November 2008 14:10 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta: Guru Besar Ilmu Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Ali Khomsah, memperkirakan murid sekolah dasar negeri di Jakarta masih banyak yang kekurangan gizi.
"Salah satu ciri adalah tinggi murid yang pendek," katanya dalam sebuah kampanye peningkatan gizi di Sekolah Dasar Negeri 08 Pagi Pancoran, Jakarta Selatan, siang tadi (25/11). Dari penelitian di sekolah ini, setidaknya 20 persen murid dinyatakan kurang gizi.
Meski belum ada penelitian secara langsung untuk wilayah Jakarta, namun Ali yakin kondisi yang ada di sekolah itu adalah potret sekolah negeri pada umumnya di Jakarta. "Kalau sekolah yang diisi murid kaya, justru banyak ditemukan overweight," katanya.
Masalah ekonomi di Jakarta, kata Ali, adalah faktor utama penyebab murid-murid sekolah dasar ini menderita rawan gizi. Orang tua cenderung mengabaikan gizi anak-anak ketika akan sekolah, terutama saat sarapan pagi. Sarapan yang bergizi, kata Ali, mencukupi 25 persen gizi seharian si anak. "Orang Indonesia biasanya mengabaikan sarapan," katanya.
Ali khawatir bila kondisi ini berlanjut maka murid-murid ini akan terhalang pertumbuhan otak dan tubuhnya. Kekurangan gizi dalan jangka pendek, hanya berpengaruh terhadap berat badan, yaitu tubuh yang katai. "Kalau dibiarkan selama lima tahun otak anak bisa kurang cerdas," katanya.
Ia mencontohkan, untuk anak kelas 3 SD, harusnya memiliki tinggi normal 120-130 sentimeter, dengan berat badan 20-29 kilogram.
Salah satu faktor semakin rentannya kekurangan gizi anak sekolah ini, karena pemerintah pusat tidak lagi membuat program khusus tambahan gizi anak sekolah yang pernah diterapkan lima tahun lalu. Kini, setelah otonomi daerah berkembang, masalah gizi diserahkan ke pemerintah daerah. "Sekarang malah sama sekali diabaikan," katanya.
Mustafa Silalahi