Abrasi Pantai Tangerang Tiga Meter per Tahun

Reporter

Editor

Jumat, 8 Oktober 2010 10:28 WIB

Dua pengumpul barang bekas melewati bangunan yang hancur akibat abrasi pantai di Pantai Bondo, Jepara, Jawa Tengah, (30/12). Kawasan ini mengalami abrasi pantai yang cukup parah, hal ini diduga akibat pembangunan PLTU dan praktek penambangan pasir pa
TEMPO Interaktif, Tangerang -Yayasan Peduli Lingkungan Hidup Tangerang mengungkapkana rusaknya hutan mangrove atau hutan bakau di kawasan pesisir pantai Tangerang semakin memperparah kerusakan pantai karena terkikis abrasi.

Pengikisan pinggir pantai oleh air laut terus terjadi disepanjang pantai Tangerang, mengancam kelangsungan hidup nelayan dan warga yang tinggal dikawasan Pantai Utara Tangerang.

"Tiap tahun lebih dari tiga meter pantai Tangerang terkikis abrasi," ujar Ketua Yayasan Peduli Lingkungan Hidup Tangerang Uyus Setiabakti kepada Tempo, hari ini (8/10).

Berdasarkan hasil penelusuran Yayasan Peduli Lingkungan Hidup Tangerang, menurut Uyus, hampir sebagian besar bibir pantai Tangerang yang memiliki panjang 49 kilometer dari Pantai Dadap Kosambi hingga Pantai Kronjo sudah mengalami kerusakan. "Satu kilometer dari bibir pantai sebelumnya, artinya satu kilometer daratan sudah menjadi lautan," katanya.

Menurutnya, titik abrasi yang paling parah saat ini berada di kawasan pantai Kohod, Keramat yang masuk dalam wilayah Kecamatan Pakuaji, Karang Serang Kecamatan Sukadiri, Tanjung Kait kecamatan Mauk, dan Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga. "Bahkan di Kohod, ada tiang listrik sudah berada di tengah lautan, ini berarti sebelumnya adalah daratan,"katanya.

Menurut Uyus, penyebab kerusakan pantai Tangerang karena rusaknya hutan Mangrove yang berfungsi untuk menahan gelombang air laut. "Tidak adanya tanaman mangrove semakin memperparah kondisi pantai," katanya.

Menurut dia, rusaknya pantai Tangerang didukung oleh sejumlah factor yaitu eksploitasi pasir pantai, klaim kepemilikan lahan antar sejumlah instasi kenegaraan seperti Departemen Kelautan, Angkatan Laut , Angkatan Darat, perusahaan-perusahaan, hingga masyarakat setempat

Menurut Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang Herry Herlani, abrasi terparah terjadi di Kronjo. Yang pasti, puluhan tambak masyarakat di setiap desa hilang dan warga harus meninggalkan rumahnya karena garis pantai terus mundur.

"Penyebab semua ini adalah pengrusakan hutan mangrove dan penambangan pasir laut," kata Herry. Akibat abrasi tersebut kerugian mencapai Rp 95 milyar pertahun.

JONIANSYAH

Berita terkait

Terus Menyusut Sejak Tahun 1990-an, Pesisir Sumsel Kembali Ditanami Mangrove

21 hari lalu

Terus Menyusut Sejak Tahun 1990-an, Pesisir Sumsel Kembali Ditanami Mangrove

Tidak kurang dari 1.000 batang mangrove ditanam di areal Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Api-api.

Baca Selengkapnya

Lestarikan Kawasan Ekowisata Bale Mangrove Lombok Timur, Pokdarwis Tanam 1.000 Bibit Bakau

12 Desember 2023

Lestarikan Kawasan Ekowisata Bale Mangrove Lombok Timur, Pokdarwis Tanam 1.000 Bibit Bakau

Penanaman mangrove di kawasan Ekowisata Bale Mangrove Lombok Timur diharapkan dapat menurunkan emisi karbon dan memperbaiki lingkungan pesisir.

Baca Selengkapnya

Mendulang Daratan untuk Hadang Abrasi dan Pengikisan Lahan

31 Oktober 2023

Mendulang Daratan untuk Hadang Abrasi dan Pengikisan Lahan

Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java membantu sekelompok masyarakat pesisir Karawang membuat daratan dan menyelamatkan desa dari abrasi

Baca Selengkapnya

Lindungi Jalan Lintas Barat Sumatera dari Abrasi, Kementerian PUPR Bangun Pengaman Pantai

19 Juli 2023

Lindungi Jalan Lintas Barat Sumatera dari Abrasi, Kementerian PUPR Bangun Pengaman Pantai

Kementerian PUPR tengah membangun pengaman pantai di Provinsi Bengkulu.

Baca Selengkapnya

Ramai Penolakan Ekspor Pasir Laut dari Nelayan, Berikut Ragam Alasannya

18 Juni 2023

Ramai Penolakan Ekspor Pasir Laut dari Nelayan, Berikut Ragam Alasannya

Para nelayan ramai menolak kebijakan ekspor pasir laut karena sejumlah alasannya. Mereka juga lakukan unjuk rasa untuk ungkapkan aspirasinya

Baca Selengkapnya

Luhut Sebut Ekspor Pasir Laut Tak Merusak Lingkungan sebab Ada GPS, Walhi: Persoalannya Bukan Teknologi

31 Mei 2023

Luhut Sebut Ekspor Pasir Laut Tak Merusak Lingkungan sebab Ada GPS, Walhi: Persoalannya Bukan Teknologi

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan ekspor pasir laut tidak merusak lingkungan karena ada GPS atau teknologi lainnya. Wahana Lingkungan Hidup atau Walhi buka suara atas pernyataan Luhut tersebut.

Baca Selengkapnya

Ketahui Apa Itu Abrasi Kornea dan Langkah-langkah Menanganinya

20 Mei 2023

Ketahui Apa Itu Abrasi Kornea dan Langkah-langkah Menanganinya

Kornea mengandung banyak ujung saraf sehingga goresan kecil pun bisa terasa sangat tidak nyaman dan menyakitkan.

Baca Selengkapnya

Besok Bulan Purnama, BMKG Peringatkan Potensi Banjir Rob di Daerah Pesisir

5 Januari 2023

Besok Bulan Purnama, BMKG Peringatkan Potensi Banjir Rob di Daerah Pesisir

BMKG mengingatkan masyarakat untuk waspada potensi banjir rob di beberapa wilayah Indonesia saat bulan purnama pada Jumat, 6 Januari 2023.

Baca Selengkapnya

Cuaca Ekstrem di Lombok, Area Wisata Alami Abrasi Hingga Kapal Cepat Tak Beroperasi

26 Desember 2022

Cuaca Ekstrem di Lombok, Area Wisata Alami Abrasi Hingga Kapal Cepat Tak Beroperasi

Beberapa hari belakangan, Lombok diguyur hujan deras sebagai dampak cuaca ekstrem.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Abrasi, Bencana yang Menimpa Minahasa Selatan

19 Juni 2022

Fakta-fakta Abrasi, Bencana yang Menimpa Minahasa Selatan

Fenomena abrasi baru-baru ini terjadi di Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Tampak air laut menghantam rumah--rumah warga dan menyeretnya ke laut. Lantas, mengapa abrasi bisa terjadi dan bagaimana cara menanggulanginya?

Baca Selengkapnya