Ketinggian Air di Pintu Manggarai Turun 10 Sentimeter
Reporter
Editor
Rabu, 23 Juli 2003 09:13 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Air sungai Ciliwung di Pintu Manggarai pada Minggu (10/2) pukul 11.00 WIB berada di ketinggian 780 sentimeter. Suhardjo, penjaga pintu air Manggarai, pada Tempo News Room, Minggu (102) siang, mengatakan angka itu turun 10 sentimeter dibanding Sabtu (9/2) yang mencapai 790 sentimeter. Suhardjo mengatakan ketinggian 780 sentimeter ini memang lebih rendah daripada angka normal pada musim kemarau yaitu 800 sentimeter. Tapi, katanya, "Pada musim hujan, semua posisi ketinggian tidak bisa dikatakan normal karena cuaca berubah-ubah terus." Ia mengatakan pada musim hujan, ketinggian 700 sentimeter masih belum bisa dikatakan normal karena semua pintu dibuka. Arus Ciliwung di Depok, yang juga ia pantau, masih berada pada ketinggian 170 sentimeter pada Minggu (10/2) pukul 11.00 WIB, jauh lebih tinggi dibanding normal musim kemarau yang hanya 75 sentimeter. Ia juga mengatakan bahwa tidak ada pintu air di Depok dan Bogor, seperti yang banyak dipercaya orang. "Tidak benar yang dibilang orang, banjir datang ke Jakarta karena pintu air di Depok dan Bogor dibuka,” katanya. “Yang benar, hujan di kawasan Bopuncur (Bogor, Puncak, Cianjur) mengalir ke Jakarta." Ia menjelaskan, banjir di Jakarta telah menyisakan sampah menggunung. "Sekarang ini, bukannya banjir air tapi banjir sampah. [Sampah] Nggak ada hentinya," selorohnya. Sampah itu menggunung di Ciliwung mulai dari Kalibata, Kampung Melayu, hingga bermuara di Manggarai. Karena itu, ia berharap masyarakat tidak membuang sampah di kali. (Istiqomatul Hayati-Tempo News Room)
Berita terkait
Retno Marsudi Singgung Isu Palestina di KTT OKI
6 menit lalu
Retno Marsudi Singgung Isu Palestina di KTT OKI
Retno Marsudi mengingatkan seluruh negara anggota OKI berutang kemerdekaan kepada rakyat Palestina.
Prabowo Bentuk Presidential Club, Pengamat Sebut Ada Ketegangan dalam Transisi Kepemimpinan
53 menit lalu
Prabowo Bentuk Presidential Club, Pengamat Sebut Ada Ketegangan dalam Transisi Kepemimpinan
Pengamat politik menilai, gagasan Presidential Club Prabowo mungkin saja hasil dari melihat transisi kepemimpinan Indonesia yang seringkali ada ketegangan.