TEMPO Interaktif, Jakarta - Lusi Oktavia Ramdani, 4,5 tahun, lepas dari genggaman sang Ibu setelah dibawa kabur seorang penumpang kereta patas jurusan Senen-Purwakarta.
"Saya lihat anak saya di dalam saat kereta sudah jalan," kata Eem Khadijah di rumah kontrakannya di Kampung Pintu Air Poncol RT 09/ RW 03, Harapan Mulya, Medan Satria, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat 13 Mei 2011.
Eem menceritakan modus penculikan yang terjadi Kamis 12 Mei 2011 itu. Pagi hari saat bangun tidur, Lusi merengek ingin bertemu bapaknya, Turiat, yang biasa mengemis di stasiun Senen dan Jatinegara. Eem terpaksa menuruti permintaan anak kelimanya itu meski suaminya telah meninggal sekitar setahun lalu.
Eem pun mengajak tiga kakak Lusi. Nah, disinilah ia bertemu dengan Wawan yang mengaku duda dan memiliki seorang anak. "Ia ngaku sayang anak,"tiru Eem. Kebaikan Wawan pun terlihat saat ketiga anak eem dibelikan makanan kecil.
Tak lupa Wawan membelikan tiket kereta untuk Eem dan anak-anaknya, mereka menumpang kereta listrik yang sama sekitar pukul 09.00 WIB.
Sebenarnya masih ada satu lagi putra Eem, yaitu, Diki Anshari, 14 tahun, tetapi tidak ikut karena harus mengamen di kereta. Sejak bapaknya meninggal, Diki menjadi tulangpunggung keluarga.
Ketika mereka tiba di stasiun Senen, Wawan mengajak Eem dan anak-anaknya meneruskan perjalanan ke stasiun Rangkas Bitung, Banten, lalu kembali lagi ke stasiun Senen.
Setelah hampir seharian menumpang kereta, Lusi mengaku hendak buang air kecil. Dan Wawan pun sigap mengantar bocah itu ke toilet yang ada di stasiun Senen.
Berselang 15 menit, Eem mulai gelisah mencari-cari anaknya. Salah seorang kakak Lusi menjelaskan kalau adiknya bersama Wawan.
Eem terus mencari-cari, dia kaget melihat anaknya berada di dalam kereta patas jurusan Senen-Purwakarta yang sudah melaju kencang.
Lusi memakai stelan baju panjang warna kuning dengan gambar panda di baguan depan, dan anting mainan. Cirikcirinya, kulit putih, lesung pipi kiri, rambut pirang sebahu, dan gigi atas ompong.
Lusi menghilang sekitar pukul 17.30 WIB. Dia melapor ke petugas stasiun Senen, tetapi tidak banyak membantu. Petugas hanya mengumumkan kalau ada anak hilang bernama Lusi.
Dalam keadaan gelisah, Eem pulang ke Bekasi. Setiba di stasiun, dia kembali melapor perihal penculikan anaknya tetapi petugas stasiun memintanya melapor ke polisi.
Eem bersama tiga anaknya kemudian berjalan kaki ke Kantor Polres Metropolitan Bekasi yang berjarak sekitar 600 meter dari stasiun. Dalam laporannya Nomor LP/1159/K/V/2011/SPk/Resta Bekasi Kota, Eem memberikan keterangan bahwa anaknya telah diculik.
Pria bernama Wawan itu memiliki ciri-ciri, tinggi besar, dan rambut pendek, berusia sekitar 50 tahun. Saat itu Wawan memakai kaos biru, jeans biru, sepatu hitam.
"Saya takut anak saya dijual," katanya. "Biar saya orang tidak mampu tetapi saya mau anak saya kembali,".
Namun Eem sepertinya harus menahan pilu dalam waktu lama. Laporan penculikan ke Polres Bekasi tidak langsung ditindaklanjuti, melaikan akan dilimpahkan ke Polres Jakarta Pusat, dengan alasan tempat kejadian perkara di Jakarta.
"Saya sudah terima laporannya tetapi peristiwanya terjadi di Senen, Jakarta Pusat, jadi akan dilimpahkan," kata Kepala Polres Bekasi Komisaris Besar Imam Sugianto kepada wartawan.
HAMLUDDIN