Tanpa Komando, Geng Motor Pita Kuning Disebut Gerombolan
Reporter
Editor
Selasa, 24 April 2012 06:34 WIB
Ilustrasi. TEMPO/Iqbal Lubis
TEMPO.CO, Jakarta -- Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati mempersilakan masyarakat berasumsi adanya anggota TNI Angkatan laut yang terlibat dalam geng motor. Namun dia juga mengingatkan adanya asas praduga tak bersalah dalam setiap kasus.
Menurut Untung, penyerangan geng motor rambut cepak, yang diduga anggota TNI AL, bukanlah bentuk dari esprit de corps. Dalam ketentaraan, esprit de corps berarti order is order.
"Artinya ada komando, ada yang memimpin, ada yang dipimpin," kata Untung ketika ditemui Tempo, Jumat 18 April 2012. "Jika tidak ada komando, itu artinya gerombolan saja."
Untung menyatakan, tiap operasi yang dilakukan anggota tentara harus berdasarkan surat izin. Syarat hitam di atas putih itu disebut perintah operasi. Dia juga menegaskan kalau tentara beroperasi, pasti hal itu dilakukan secara senyap. Tidak berbekas dan masyarakat tak mengetahuinya. "Kalau ada bekasnya, itu gerombolan," ujarnya.
Di tempat berbeda, sumber Tempo di geng motor rambut cepak menyatakan kalau penyerangan pada 7, 8, dan 12 April 2012 berstatus abu-abu. Mereka memang tidak mendapat perintah resmi, tapi sumber mengklaim tidak ada yang melarang penyerangan itu. "Atasan tentu tahu, tetapi alur komandonya saya tak tahu secara pasti." Sebab ada garis komando yang hilang seperti standar operasi intelijen.
Menjelang pertengahan April 2012, rambut cepak menyerbu geng motor Y-Gen atau Young Generation yang diduga mengeroyok rekan mereka, Kelasi Satu Arifin Sirih pada 31 Maret 2012, hingga meninggal. Kematian Arifin berawal dari cekcok sopir truk dan pengemudi minibus yang berdekatan dengan arena balap liar di Kemayoran. Tepatnya pada Jalan Benyamin Sueb, Pademangan, Jakarta Utara.
Kesal dengan kelakuan kedua sopir yang mengganggu jalannya balapan, peserta dan penonton balap liar memarahinya. Mereka merubungi si sopir truk. Saat itulah Arifin datang berboncengan dengan temannya, Kelasi Satu Albert Tabra. Mereka mencoba melerai. Tapi kedatangan Arifin yang membawa sangkur menambah panas suasana. Arifin dikeroyok, dan Albert melarikan diri.