Cagub DKI Jakarta Joko Widodo bersama Ibunya Sudjiatmi Notomihardjo seusai melakukan doa bersama di posko tim sukses pasangan Jokowi-Ahoki Jl. Borobudur No.22, Menteng, Jakarta Pusat, (19/09). TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Meski dikeroyok oleh partai-partai besar, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja bisa memenangkan pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Meski real count baru akan diumumkan akhir September mendatang, sejumlah lembaga survei sudah memprediksi kemenangan itu.
Pusat Kajian dan Pembangunan Strategis mengatakan pasangan ini unggul 53,48 persen melawan 46,52 persen, perolehan suara Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli. Penyebabnya, kharisma sang semut dianggap mampu menaklukan mesin partai seekor gajah.
"60 persen karena figur, 40 persen karena mesin politik. Figur itu masih sangat berpengaruh," ujar Direktur Eksekutif Puskaptis Husin Yazid, Kamis, 20 September 2012. Ia menyebut mesin partai kalah pengaruhnya dalam pilkada kali ini.
"Parpol itu tidak ada di hati rakyat," ujar Husin. Karena itulah, meski didukung oleh partai-partai raksasa, Fauzi Bowo tak bisa membendung kharisma Jokowi. "Koalisi antarpartai tidak ada pengaruhnya," ujarnya.
Husin yakin kemenangan Jokowi bisa disebut sebuah fenomena politik baru. Tapi dia tak yakin, model ini bisa ditiru politikus lain karena tak banyak orang memiliki kharisma sebesar Walikota Solo itu.
Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani
1 hari lalu
Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan keterlibatan Kementerian BUMN dalam proyek percepatan swasembada gula dan bioetanol.