TEMPO.CO, Jakarta - Kekeringan melanda Kelurahan Cipinang Cempedak, Jatinegara, Jakarta Timur. Setidaknya, sudah satu pekan warga Cipinang Cempedak terpaksa membeli air galon untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka akibat air tanah mereka yang mengering.
"Sekali pun ada air yang keluar, jumlah sangat sedikit dan agak kuning karena tercampur lumpur," kata salah satu warga Cipinang Cimpedak, Nina, saat ditemui di kediamannya di Jalan Cipinang Cempedak II, RT 09 RW 06, Jatinegara. Ia menjelaskan, kondisi itu telah terjadi sekitar satu bulan belakangan usai Hari Raya Idul Fitri.
Namun, sejak satu pekan belakangan ini, kata Nina, kondisi kekeringan semakin parah. Sudah satu pekan lebih warga Cipinang Cimpedak terpaksa membeli air galon atau meminta air pada tetangga yang sudah memasang pompa jet karena air tanah tidak lagi dapat dipompa dengan pompa air biasa. "Sekarang harus menggunakan pompa jet," kata warga Cipinang Cempedak yang lain, Indri.
Hal tersebut, kata Indri, memberatkan sebagian masyarakat, terutama warga yang berpendapatan rendah. Pasalnya, biaya pemasangan pompa jet terbilang cukup tinggi bagi masyarakat menengah ke bawah.
Indri menjelaskan, untuk menggali sumur pompa hingga kedalaman 20 meter, diperlukan biaya Rp 2,5 juta. Biaya itu masih di luar biaya pembelian pompa jet dan pemasangannya yang dapat mencapai Rp 2,5 hingga Rp 3,5 juta. Untuk alat pompa yang berkualitas baik, harga pompanya dapat mencapai Rp 4 juta. Beruntung, ia sudah memiliki alat pompa jet sehingga ia hanya mengeluarkan biaya Rp 2,5 juta untuk pengeboran dan biaya pemasangan.
Sedangkan Nina mengatakan belum memasang pompa jet karena masih mencari pompa dengan kualitas baik dan harga terjangkau. Untuk sementara ia membeli air mineral galon untuk kebutuhan air minum dan masak serta meminta air dari tetangganya untuk kebutuhan lainnya.
"Agak repot juga tentunya," kata dia. Ia dan anggota keluarganya pun terpaksa melakukan penghematan besar-besaran, misalnya, dengan menjatah air mandi setiap anggota keluarga. Ia juga teraksa menahan malu meminta air dari tetangganya dan juga mengeluarkan dana lebih untuk membeli air mineral galon.
Nina mengatakan, kondisi tersebut sebenarnya merupakan fenomena yang berulang tiap tahun. Setiap memasuki musim kering, maka air tanah di sekitar Cipinang Cempedak akan menyusut drastis. Hanya saja untuk tahun ini, kata dia, kekeringan ia katakan cukup parah hingga pompa listrik miliknya tidak lagi mampu menyedot air.
Berbeda dengan Nina dan Indri, penjual air mineral isi ulang di Cipinang Cempedak, Firdaus, malah mensyukuri kekeringan di sekitar wilayah tersebut. "Penjualan saya meningkat drastis karena kemarau," kata Firdaus. Hal ini disebabkan karena air tanah tidak lagi bisa dipompa keluar dan mengakibatkan masyarakat terpaksa membeli air mineral isi ulang untuk kebutuhan sehari-harinya.
Ia mengatakan, sebelum memasuki musim kemarau ia menjual sekitar 80 galon air mineral isi ulang per hari. Namun semenjak kemarau, ia mampu menjual hingga lebih dari 100 galon air mineral isi ulang.
RAFIKA AULIA
Berita Terpopuler:
''Strategi Sopir Taksi'' di Balik Kemenangan Jokowi
Jokowi Janji Bangun Stadion untuk Persija
FPI Pusat Klaim Tak Tahu Penyegelan 7-Eleven
Penyidik KPK yang Ditarik Mengaku Diteror
Ahmad Heryawan: Lain Jokowi, Lain Ahmad
Berita terkait
Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air
40 hari lalu
Kominfo bertugas memastikan jaringan telekomunikasi di Forum Air Sedunia pada 18-25 Mei 2024 di Bali.
Baca SelengkapnyaKajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi
46 hari lalu
Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.
Baca SelengkapnyaTentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah
50 hari lalu
Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.
Baca SelengkapnyaImbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen
52 hari lalu
Bencana akibat krisis iklim membuat 874 Ha sawah di Jawa Barat gagal panen pada musim tanam 2023/2024. Lahan tergerus banjir, kering, dan longsor.
Baca SelengkapnyaDestinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan
2 Maret 2024
Kepulauan Canary, khususnya Pulau Tenerife, di Spanyol menghadapi kekeringan parah yang semakin memburuk,
Baca SelengkapnyaSelain Indonesia, Ini Daftar Negara Lain yang Masih Alami El Nino
29 Februari 2024
Berbagai pihak menyebut fenomena El Nino masih akan berlanjut. Berikut ini daftar negara yang masih mengalami El Nino, selain Indonesia.
Baca SelengkapnyaMeski El Nino Melemah, Tren Bulan-bulan Terpanas Tak Patah di Januari 2024
8 Februari 2024
Walau fenomena El Nino sudah melemah, peningkatan suhu permukaan laut global masih tercatat tinggi dan melampaui rekor global.
Baca SelengkapnyaJokowi Beri Bantuan Rp 8 Juta per Hektare ke Petani Korban El Nino, Begini Penjelasan BNPB
24 Januari 2024
BNPB memberi penjelasan soal bantuan Jokowi sebesar Rp 8 juta per hektare yang diberikan untuk petani terdampak banjir dan El Nino.
Baca SelengkapnyaBMKG Prediksi 5 Wilayah Indonesia Kekeringan di 2024 akibat Curah Hujan Rendah
5 Januari 2024
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG memprediksi di tahun 2024 curah hujan berada di kondisi normal.
Baca SelengkapnyaKajian Save the Children, Kekeringan dan Rawan Pangan Ancam Anak di Indonesia Timur
22 Desember 2023
Banyak anak di daerah yang terdampak itu mengalami infeksi saluran pernapasan akut selama kekeringan berkepanjangan.
Baca Selengkapnya