TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Daerah Metro Jaya akan melakukan simulasi penggunaan panic button di beberapa lokasi minimarket yang dianggap rawan kejahatan. Hal ini merupakan langkah preventif menyusul maraknya kasus perampokan minimarket di beberapa daerah di Jakarta, Bekasi, dan Tangerang.
"Minggu kedua Oktober akan dilakukan simulasi di Jakarta Utara. Kami sedang menimbang sistem yang cocok seperti apa," kata juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Rikwanto di Mapolda, Rabu, 26 September 2012. Polda Metro Jaya akan bekerja sama dengan gerai minimarket untuk merealisasikan rencana tersebut.
Panic button adalah tombol darurat yang diletakkan pada tempat tersembunyi di suatu minimarket. Jika dalam keadaan terancam, petugas dapat menekan tombol itu. Tombol tersebut akan mengeluarkan suara ketika ditekan. Suara yang ditimbulkan adalah suara wanita yang berteriak minta tolong. "Suara wanita pasti akan lebih menarik. Cari bentuk voice yang lain, suara perempuan. Kalau laki-laki tidak ada yang datang," kata Rikwanto.
Panic button ini akan terdengar di sekitar lingkungan minimarket, tempat lokasi perampokan, serta bisa terhubung langsung ke polsek atau polres terdekat. "Ini upaya pencegahan selain upaya represif dari kepolisian," katanya.
Corporate Affairs Director PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, Solihin, menyambut baik sistem panic button yang akan digalang dengan pihak kepolisian. "Perencanaan ini sudah lama. Memang ada beberapa alternatif pengamanan, salah satunya ini. Kami juga pernah berpikir kalau pembelian dan pembayaran melalui sistem loket seperti apotek," kata dia hari ini.
Perwakilan Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta, menyerahkan seluruh pengamanan minimarket terhadap pihak kepolisian. Ia juga mendesak beberapa anggota Aprindo untuk mengevaluasi sistem keamanan, termasuk panic button. "Aprindo harus mempercayakan pengamanan kita secara keseluruhan pada pihak kepolisian," katanya.