Begini Modus Makelar Tanah di Taman Nasional

Reporter

Senin, 4 Maret 2013 06:07 WIB

Vila di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, [TEMPO/ Arif Fadillah]

TEMPO.CO, Jakarta--Tak sulit mendapatkan sebidang lahan di wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Tanya saja ke sembarang orang--entah penjaga penginapan atau tukang kebun di wilayah itu. Mereka akan segera menunjukkan sebidang tanah dengan menyebutkan harganya.

+Masih ada lahan di daerah sini, Pak?
-Masih banyak, mau luasnya berapa? Yang lahan kosong atau ada bangunannya?

Tempo
berkunjung ke Desa Gunung Pincung, Lokapurna, di wilayah Taman Nasional yang biasa dikenal Gunung Salak Endah, pertengahan Februari lalu. Seorang tukang kebun, sebut saja Ahmad, menawari lahan 2.000 meter persegi berikut bangunan 100 meter persegi dengan harga Rp 60 juta. “Saya tak menargetkan berapa nilai jasanya ya, seikhlasnya saja,” kata Ahmad tak sungkan.

Praktek menawarkan lahan di sekitar Gunung Salak Endah sudah menjadi hal biasa bagi warga. Haji Onden, 62 tahun, adalah tokoh perantara atau makelar tanah senior di sana. Lahan wilayah Lokapurna mulai memiliki daya pikat sejak beberapa jenderal seperti Mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal TNI (Purn.) H. Poniman (almarhum) dan Jenderal TNI Soerjadi Soedirja datang di kawasan itu sekitar 1974.

Awalnya Haji Onden menjual lahan milik orang tuanya, Kasan, yang memiliki jatah 2 hektare. Sebagaimana warga keturunan veteran asal Cibungbulang, keluarga Kasan menetap di wilayah Gunung Sari sejak 1967. “Saat pertama kali datang ke sini, untuk makan saja masih susah, jadi lahan dilepas,” katanya.

Pertama kali harga lahan yang dimakelari Haji Onden pada 1975 nilainya satu ringgit per meter persegi. “Itu harga lahan di dalam. Kalau di pinggir jalan sudah sepuluh perak,” tuturnya sembari menghisap rokok putih. Dia menjelaskan, lahan di wilayah Lokapurna itu statusnya lahan garapan dan bukan hak milik. “Kami menyebutnya over alih lahan, bukan jual-beli,” katanya.

Sepuluh tahun kemudian, harga lahan naik pesat menjadi Rp 10 ribu per meter persegi. Melonjaknya harga setelah ditemukan obyek wisata seperti Curug Seribu dan Curug Cigamea. “Yang pertama kali menemukan dua curug itu saya dan lima orang kerabat,” kata Haji Onden. Belakangan, pada 1987, Pemerintah Daerah Bogor menetapkan wilayah Gunung Salak Endah sebagai obyek wisata Puncak kedua. Bagaimana makelar menyulap taman nasional menjadi vila? Selengkapnya baca Majalah Tempo edisi Senin 4 Maret 2013.

TIM TEMPO

Baca juga:
Banjir Jakarta, Puncak Menolak Disalahkan
Longsor Puncak Akibat Alih Fungsi Lahan
Ratusan Vila Berdiri di Taman Nasional
Tak Boleh Ada Vila di Taman Nasional Gunung Halimun

Berita terkait

Banjir Jakarta Merendam 40 RT dan Lima Ruas Jalan, Puluhan Orang Mengungsi

27 hari lalu

Banjir Jakarta Merendam 40 RT dan Lima Ruas Jalan, Puluhan Orang Mengungsi

Curah hujan tinggi dan luapan sungai memicu banjir Jakarta. Permukiman dan ruas jalan di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat terendam.

Baca Selengkapnya

Anggota DPRD DKI Kritik Penanganan Banjir Jakarta: Fokus, Jangan Main-main sama Banjir

35 hari lalu

Anggota DPRD DKI Kritik Penanganan Banjir Jakarta: Fokus, Jangan Main-main sama Banjir

Penanganan banjir Pemprov DKI Jakarta menuai kritik karena dinilai tidak fokus dan tak kunjung terealisasi.

Baca Selengkapnya

Heru Budi Sebut Jakarta Kewalahan Jika Hujan 4 Jam Berintensitas 180 mm per Hari, Begini Penjelasannya

37 hari lalu

Heru Budi Sebut Jakarta Kewalahan Jika Hujan 4 Jam Berintensitas 180 mm per Hari, Begini Penjelasannya

Heru Budi mengatakan Proyek Sodetan Ciliwung dapat mengatasi banjir di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Status Pintu Air di DKI Siaga 3, BPBD Imbau Warga Waspada Banjir

47 hari lalu

Status Pintu Air di DKI Siaga 3, BPBD Imbau Warga Waspada Banjir

BPBD DKI Jakarta memperingatkan perihal peningkatan status siaga genangan akibat hujan lebat di beberapa wilayah.

Baca Selengkapnya

Menelisik Banjir Jakarta Pekan Lalu: Apa Saja Pokok Sebabnya?

57 hari lalu

Menelisik Banjir Jakarta Pekan Lalu: Apa Saja Pokok Sebabnya?

Berikut wilayah terdampak banjir Jakarta dan dugaan faktor penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta

2 Maret 2024

Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta

Wakil Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan menyampaikan, banyaknya titik genangan air di Jakarta terjadi karena kondisi daratan yang berada dibawah permukaan air laut.

Baca Selengkapnya

Perkiraan Cuaca Jakarta: Potensi Hujan Ringan dan Hujan Petir di Akhir Pekan, Waspada Banjir Seminggu ke Depan

2 Maret 2024

Perkiraan Cuaca Jakarta: Potensi Hujan Ringan dan Hujan Petir di Akhir Pekan, Waspada Banjir Seminggu ke Depan

Cuaca Jakarta berpotensi hujan pada hari ini dan besok. Waspada banjir Jakarta seiring perkiraan hujan ekstrem sepekan ke depan.

Baca Selengkapnya

Periset BRIN Ungkap Penyebab Genangan Banjir di Sebagian Wilayah Jakarta

1 Maret 2024

Periset BRIN Ungkap Penyebab Genangan Banjir di Sebagian Wilayah Jakarta

Saat ini, hujan dengan intensitas 150 milimeter per hari sudah dapat membuat banjir Jakarta karena kapasitas drainase menurun.

Baca Selengkapnya

Top Metro: Banjir Jakarta Kemarin, Sidang Gugatan Almas-Gibran, Upaya Pembebasan Pilot Susi Air

1 Maret 2024

Top Metro: Banjir Jakarta Kemarin, Sidang Gugatan Almas-Gibran, Upaya Pembebasan Pilot Susi Air

Simak berita populer di kanal Metro, mulai dari banjir di Jakarta hingga upaya pembebasan pilot Susi Air di Papua

Baca Selengkapnya

Berenang di Kali Sunter saat Hujan, Bocah di Pulogadung Tenggelam

29 Februari 2024

Berenang di Kali Sunter saat Hujan, Bocah di Pulogadung Tenggelam

Dinas Gulkarmat DKI masih mencari RA, 13 tahun, yang tenggelam saat berenang di Kali Sunter, Pulogadung ketika hujan turun

Baca Selengkapnya