Jokowi pun Dibuat Iri oleh Warga Rusun Marunda

Reporter

Editor

Nur Haryanto

Kamis, 7 Maret 2013 03:47 WIB

Joko Widodo (Jokowi). TEMPO/Subekti

TEMPO.CO , Jakarta - Enak nian jadi warga Rumah Susun Sewa Marunda, Jakarta Utara. Sudah dapat rumah dengan sekaligus isinya dengan gratis ditambah kebutuhan pokok rumah tangga, sekarang warga berkelimpahan pekerjaan cepat saji ala Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Sekali tunjuk, 250 warga langsung bisa bekerja di PT Kawasan Berikat Nusantara, perusahaan milik negara, mulai Kamis, 7 Maret, pagi.

Saking enaknya menjadi warga rusun, Jokowi sampai dibuat iri. "Kalo gitu, aku ke Marunda aja," kata Jokowi. Sontak, Direktur Utama PT KBN Sattar Taba, dan ratusan warga Rusun Marunda, tertawa mendengar perkataan Gubernur Jakarta itu.

Dalam acara pelepasan warga rusun yang akan menjadi pekerja KBN, Jokowi kembali mengingatkan warga rusun yang kebanyakan adalah warga yang terkena banjir beberapa waktu lalu.

Semula, banyak warga yang menolak menghuni rusun yang sudah dibangun sejak 2007 lalu. Selain banyak bangunan yang sudah mulai rusak, rusun juga bisa dibilang jauh sekali dari peradaban.

Begitu ditawarkan bisa menempati dengan gratis rusun, ditambah lagi ada fasilitas lengkap seperti tempat tidur, televisi, dan kulkas, masyarakat pun malah berebut ingin menempati rusun. Jokowi pun senang. "Sekarang lebih dari 2.000 warga yang di sana. Sekarang antre 500 lagi. Yang ada di sini harus bersyukur," ujar Jokowi.

Setelah diberi pekerjaan dengan mudah, Jokowi pun meminta warga untuk disiplin dalam bekerja. "Kalau masuk pukul 8, harus masuk. Kalau enggak disiplin ya sudah dipecat saja enggak apa-apa, Pak Dirut," kata Jokowi ke Dirut BKN.

Dia pun berbisik ke Sattar minta diberi tahu berapa besaran gaji yang bakal diterima warga. Setelah dapat angkanya, dia menilai gajinya terlalu besar. "Gajinya kok gede banget? Dari sini dijemput terus dibawa ke lokasi kerja. Enak banget," kata dia dan warga pun kembali tertawa.

Gaji yang diterima warga yang bekerja mencapai Rp 79 ribu per hari. Mereka diberikan kesempatan selama 3 bulan untuk menunjukkan kinerjanya di perusahaan tersebut.

Menurut Dirut KBN, Sattar Taba, 250 pegawai nantinya akan bekerja sebagai cleaning service di KBN. Penambahan pekerja di dua kantornya, KBN Marunda dan KBN Cakung, diperlukan agar pelayanan terhadap investor semakin meningkat.

"Kami selalu melakukan rembang dengan Pemerintah Jakarta. Di sana terungkap ada kebutuhan tenaga kerja. Kami pun coba mapping. Pas butuh, ya diambil-lah," katanya.

Erwin, warga Blok 5 Rusun Marunda, senang ketika diajak bekerja sebagai pekerja KBN. Lelaki yang sebelumnya bekerja di pelabuhan ini ingin bekerja sesuai dengan keinginan Jokowi. "Ke depannya, saya ingin kerja lebih baik lagi," kata dia.

SUTJI DECILYA

Terpopuler:

Ruhut Sitompoel Goda Ibunda Raffi Ahmad

Fakta-fakta Menarik Jelang MU Vs Real Madrid

Pegawai Kemenag Dicurigai Gelapkan Dana Haji

Polisi Gamang Usut Golden Traders

Menolong Neneng, 2 WN Malaysia Divonis 7 Tahun

Akil Mochtar Ingin Jadi Ketua MK

Berita terkait

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

2 jam lalu

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

Presidential Club berisi para eks presiden Indonesia yang akan saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menjaga silaturahmi dan menjadi teladan.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

6 jam lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

8 jam lalu

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Guinea di laga playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis, 9 Mei mendatang.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

18 jam lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

19 jam lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

20 jam lalu

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

Salah satu poin penting dalam UU Desa tersebut adalah soal masa jabatan kepala desa selama 8 tahun dan dapat dipilih lagi untuk periode kedua,

Baca Selengkapnya

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

1 hari lalu

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

Beleid itu menyatakan uang pensiun sebagai salah satu hak kepala desa. Namun, besaran tunjangan tersebut tidak ditentukan dalam UU Desa.

Baca Selengkapnya

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

1 hari lalu

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

Panel Barus, mengatakan setelah Ganjar-Mahfud meraih suara paling rendah, PDIP cenderung menyalahkan Jokowi atas hal tersebut.

Baca Selengkapnya

Respons Jokowi hingga Luhut Soal Komposisi Kabinet Prabowo

1 hari lalu

Respons Jokowi hingga Luhut Soal Komposisi Kabinet Prabowo

Jokowi mengatakan dia dan pihak lain boleh ikut berpendapat jika dimintai saran soal susunan kabinet Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Sorotan Media Asing Soal Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora , Apa Alasan dan Syaratnya?

1 hari lalu

Sorotan Media Asing Soal Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora , Apa Alasan dan Syaratnya?

Menkomarinves Luhut Pandjaoitan buka kemungkinan kewarganegaraan ganda untuk diaspora. Apa saja alasan dan syaratnya?

Baca Selengkapnya