TEMPO Interaktif, Jakarta:Urban Poor Consortium (UPC) kembali melakukan aksi mendesak Sutiyoso dipecat dari jabatannya sebagai gubernur DKI. Mereka melakukan aksi di bundaran Hotel Indonesia dengan membawa topeng monyet. "Kali ini kami membawa serta monyet dan menamakan aksi ini koalisi monyet. Apakah para elit mau mendengarkan koalisi monyet setelah kami berkali-kali tidak juga didengarkan," kata Koordinator aksi Berkah G. Mulya, di bundaran HI Jakarta, Rabu (1/9). Menurut Mulya, setelah pada tanggal 25 Agustus kemarin meminta kontrak politik terhadap anggota DPRD namun tidak digubris, maka UPC yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Gusur Sutiyoso mengajak agar para elit terutama anggota DPRD menonaktifkan Sutiyoso. "Penyelidikan sudah dilakukan namun kasus ini masih saja berada di Kejaksaan Tinggi, tidak segera diselesaikan," kata Mulya. Mulya mengatakan selama ini sudah banyak dosa yang dibuat Sutiyoso terhadap rakyat jelata, penggusuran, penggarukan becak, dan kaki lima, dan yang paling utama adalah tragedi 27 Juli. Dari semua pelanggaran HAM ini tidak ada satupun yang menyeret Sutiyoso ke pengadilan. Karena itu, Gerakan Rakyat Gusur Sutiyoso akan terus melakukan aksi untuk meminta elit politik menonaktifkan Sutiyoso. Bergabung dalam gerakan ini Jaringan Rakyat Miskin Kota, UPC, Serikat Becak Jakarta, Kontras, Koalisi Perempuan Indonesia, Walhi Jakarta, dan INFID. "Bahkan nanti juga akan bergabung Franky Sahilatua dan Marco Kusumawijaya," ujarnya. Aksi dilakukan di bundaran HI dengan pertunjukan topeng monyet, disertai dengan tetabuhan musik. Sementara itu, salah seorang demonstran memberikan orasi-orasi mengenai alasan kenapa Sutiyoso harus dipecat. Muhamad Fasabeni - Tempo News Room