Petugas Satuan Pamong Praja mengangkat dagangan para pedagang kaki lima saat razia PKL dikawasan Jatinegara, Jakarta, Rabu (17/4). Penertiban PKL rutin tersebut dilakukan guna mengembalikan fungsi trotoar yang selama ini dipergunakan oleh para pedagang dan mengganggu para pejalan kaki. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia sekaligus Guru Besar Transportasi UGM, Danang Parikesit mengatakan, untuk memperbaiki fasilitas pejalan kaki di Jakarta, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tak perlu sampai studi banding ke luar. "Salah satu kota yang bisa dicontoh adalah Surabaya," ujar Danang kepada Tempo saat diskusi masalah transportasi di Jakarta, Selasa, 4 Juni 2013.
Surabaya, kata Danang, memiliki fasilitas pejalan kaki yang baik dan rapih. Trotoarnya rata dan lebar. Tidak ada trotoar yang jalannya naik turun atau tidak rata.
Danang menambahkan, trotoar di Surabaya juga bersih. Hal itu diperlengkap dengan adanya tanaman-tanaman yang terawat. "Kalau di luar, contoh negara yang fasilitas pejalan kakinya baik adalah Singapura. Meski panas, orang betah jalan di sana."
Danang mengatakan, kalau Jokowi atau Pemprov DKI berhasil memperbaiki fasilitas pejalan kaki, niscaya program transportasi massal yang tengah dijalankan seperti MRT akan diminati. Soalnya, 60 persen pengguna transportasi massal adalah pejalan kaki. (Baca juga: Ahok Janji Busway Melintas Tiap 3 Menit) Ingin tahu perubahan apa saja dalam delapan bulan pemerintahan Jokowi-Ahok? Klik di sini.