TEMPO.CO, Jakarta - PT Angkasa Pura II menyatakan pintu M1 Bandara Soekarno-Hatta, Banten, akan ditutup akhir tahun ini. "Nanti rencananya ditutup mulai pekan kedua bulan Desember mendatang," kata Kepala Humas Angkasa Pura II, Kristanto, saat dihubungi Tempo, Kamis, 4 Juli 2013.
Ia menjelaskan, lalu lintas dari Tangerang ke Jakarta dan sebaliknya akan dialihkan. Pengalihan dan penutupan pintu M1, kata Kristanto, dilakukan karena adanya pembangunan stasiun dan rel kereta bandara. Namun ia menyatakan belum mengetahui waktu dimulainya pembangunan itu. "Setahu saya bulan Agustus nanti ditenderkan," ucapnya.
Angkasa Pura II akan membangun terowongan (underpass) sebagai penunjang kereta Bandara Soekarno-Hatta. "Rencananya underpass siap antara pertengahan atau akhir 2014," kata Direktur Utama Angkasa Pura II, Tri Sunoko.
Tri menjelaskan, underpass itu harus dibangun karena jalur kereta bandara nantinya melewati taxiway. Yang dimaksud dengan taxiway adalah jalan penghubung antara landasan pacu atau runway dan pelataran pesawat. “Underpass itu ditargetkan siap digunakan bersamaan dengan kesiapan PT Kereta Api Indonesia dalam menyediakan kereta,” katanya.
Tri mengungkapkan, kelak penumpang kereta bandara akan menggunakan people mover system untuk menuju terminal dari stasiun. Ia mengungkapkan, people mover system itu semacam monorel. "Tapi yang ini otomatis, tidak ada masinisnya," katanya.
Puncak Arus Balik Nataru, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Pesawat 935 Ribu Orang
1 Januari 2024
Puncak Arus Balik Nataru, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Pesawat 935 Ribu Orang
PT Angkasa Pura II memperkirakan puncak arus bali libur Natal dan Tahun baru (Nataru) di 20 Bandara yang dikelola perusahaan pelat merah itu akan terjadi besok, Selasa 2 Januari 2024.
Bandara Kertajati Ditargetkan Layani 32 Penerbangan Per Hari, Strateginya?
16 Oktober 2023
Bandara Kertajati Ditargetkan Layani 32 Penerbangan Per Hari, Strateginya?
Muhammad Awaluddin menargetkan pergerakan pesawat di Bandara Kertajati akan lebih tinggi dari Bandara Husein Sastranegara pada tahap awal perpindahan penerbangan.