BLUTransjakarta mengunggah foto pelanggar jalur busway di Senen-Galur yang mengaku anak jenderal, Selasa (30/7). Twitter/BLUTransjakarta
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Layanan Umum Transjakarta Pargaulan Butarbutar mengatakan, dalam sepekan, bisa mencapai 10 laporan terkait masyarakat yang memaksa membuka portal di jalur Transjakarta. Bahkan, menurut dia, jumlah ini sebenarnya bisa lebih banyak.
"Hanya karena terbiasa diperlakukan seperti itu, petugas jadi malas lapor," kata Pargaulan ketika dihubungi Tempo pada Kamis, 1 Agustus 2013. Bahkan, Pargaulan melanjutkan, petugas menjadi kebal dengan sikap orang-orang semacam ini.
Laporan yang masuk, menurut Pargaulan, bermacam-macam. Ada yang diancam dengan benda tajam, ada yang dimaki-maki, bahkan tak jarang fisik ikut bermain. Dalam hal semacam ini, Pargaulan meminta pegawainya untuk tidak menuruti permintaan dari masyarakat yang memaksa masuk.
Dia menegaskan ke masyarakat bahwa jalur tidak bisa dilalui oleh siapa pun tanpa kecuali. Hanya Transjakarta yang bisa masuk. Dia pun meminta kepada polisi agar selalu tegas menilang mereka yang melanggar.
Kasus terakhir yang menjadi sorotan adalah seorang remaja yang mengaku anak jenderal. Ternyata, remaja bernama Febri Suhartoni itu adalah anak warga biasa.
Ayah Febri, Devi Suhartoni, menyatakan permintaan maafnya kepada publik atas kelakuan anaknya. Dia juga rela jika anaknya diberi sanksi sosial, misalnya dengan membersihkan busway (bus Transjakarta)