Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok keluar dari rumahnya yang sederhana di Jakarta Utara, Rabu (21/11). Lewat jendela mobil dinasnya, Ahok menyapa semua orang yang dilewatinya. Warga sekitar kebanyakan tidak menyapanya dengan panggilan "pak", melainkan "Hok". TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan kerja proyek perbaikan jalan di Jakarta belum maksimal. Contohnya perbaikan jalur Transjakarta yang belum rampung setelah sepekan. "Harusnya perbaikan jalan di Jakarta itu selesai dalam 1 x 24 jam, kalau lama jadinya macet," kata Basuki di Balai Kota DKI Jakarta, Senin, 21 Oktober 2013.
Menurut dia, kerja yang lambat itu disebabkan oleh kerja kontraktor yang tak maksimal. Dia bahkan mencurigai adanya oligarki antara kontraktor-kontraktor di Jakarta. "Ada yang main supaya (proyek) hanya berputar-putar di mereka," kata pria yang akrab disapa Ahok ini. "Memangnya alat mereka cukup untuk mengerjakan semuanya bersamaan?"
Jalan keluarnya, menurut Ahok, dengan menerapkan sistem e-budgeting dan memasukkan biaya perbaikan jalan ke dalam e-katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Dengan begitu, perbaikan bisa langsung dilakukan jika ada jalan rusak.
"Pasti nanti akan ribut, tapi tidak apa-apa. Yang ribut berarti yang ada main," katanya.