Auditor BPK Non akif, Gatot Supiartono usai diperiksa terkait kasus pembunuhan istri mudanya Holly Angela di Polda Metro Jaya, Jakata, (17/10). Gatot Supiartono diperiksa selama 1x24 jam usai menjadi tersangka membunuh Holly pada 30 September 2013. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Auditor Utama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Gatot Supiartono kini terpuruk. Kariernya yang cemerlang di lembaga auditor negara itu sekarang berantakan. Padahal, dia disebut-sebut berpeluang untuk terpilih menjadi salah satu pimpinan di lembaga itu. Semuanya kini tinggal mimpi karena Gatot sudah ditahan penyidik Polda Metro Jaya. Dia disangka menjadi otak pembunuhan istrinya sendiri, Holly Angela, di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan, 30 September 2013 lalu. Gatot sendiri sudah membantah semua keterlibatannya.
Semua berawal pada 2008 silam. Ketika itu, Gatot berkenalan dengan seorang perempuan muda nan menawan di klub malam Grand Manhattan Club di lantai 1-3 Hotel Borobudur, Jakarta. Dialah Holly Angela.
Di tengah rutinitas kerja, Gatot memang kerap meluangkan waktu untuk melepaskan diri dari tekanan dan beban pekerjaan. Mengunjungi tempat hiburan adalah salah satu pilihannya. Gatot sudah beberapa tahun menjadi anggota di Grand Manhattan Club.
Seorang sumber Tempo bercerita bahwa bagi auditor seperti Gatot, pergi ke tempat hiburan kadang merupakan bagian dari tugas. Menurut dia, ada juga informan yang merasa terlindungi jati dirinya ketika berbicara di tempat hiburan.
Nah, demi kepentingan tugas atau kesenangan pribadi, anggota klub bisa menghabiskan uang Rp 8-15 juta sekali datang ke klub sekelas Manhattan. Biaya itu termasuk untuk sewa kamar karaoke, membayar minuman, dan memberi tip kepada perempuan yang menemani. Di Manhattan, biaya minimum pemesanan satu kamar karaoke adalah Rp 1,5 juta. “Biaya bisa membengkak untuk minum, makan, dan tip,” ujarnya.