'Banting Setir' Pengamen Topeng Monyet  

Reporter

Rabu, 30 Oktober 2013 05:48 WIB

Petugas menghitung monyet yang berhasil diamankan dari pengamen topeng monyet di Balai Kesehatan Hewan dan Ikan (BKHI) Ragunan, Jakarta, (29/10). Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Mentari sudah di ubun-ubun, namun Tardi, 40 tahun, yang berkeliling dari gang ke gang di kawasan Cipinang, Jatinegara, Jakarta Timur, belum juga mendapat rezeki dari usaha jasa servis payungnya. Lelaki ceking yang tubuhnya dilelehi peluh itu mengaku berat melakoni profesi barunya itu. “Tapi saya butuh makan,” katanya, Jumat lalu.

Tardi mengatakan terpaksa benting setir menjadi tukang servis payung setelah berhenti dari pekerjaan sebagai pengamen topeng monyet. Bosnya, Sarinah, 37 tahun, memutuskan menghentikan pertunjukan topeng monyet keliling. Sarinah memilih mengandangkan enam ekor monyetnya karena takut dirazia. Sejak pekan lalu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melancarkan program Jakarta Bebas Topeng Monyet 2014.

Saat menjadi pengamen topeng monyet, Tardi mengaku memperoleh penghasilan Rp 20-25 ribu per hari. “Kalau ngamen topeng monyet, pasti dapet duit, minimal buat makan. Nah, ini seribu perak juga enggak,” ujar pria yang mengaku menjadi pengamen topeng monyet sejak kecil ini.

Tardi berharap Pemerintah Provinsi DKI dapat memberikan pekerjaan baginya yang tidak sampai lulus sekolah dasar. “Saya minta sama Pak Jokowi, kalau memang topeng monyet dilarang, kami dikasih kerjaan dulu. Kalau begini, mau makan saja susah, duit enggak ada,” ujarnya.

Tardi tidak sendiri. Puluhan pengamen topeng monyet lainnya juga beralih profesi. Dede Taryono, 30 tahun, warga Bendungan Melayu, Rawabadak Selatan, Koja, Jakarta Utara, misalnya, memutuskan berhenti mengamen topeng monyet dan beralih menjadi penjahit kelambu. “Saya meneruskan usaha ibu jadi penjahit kelambu,” ujarnya.

Jika dibanding Tardi, Dede termasuk beruntung. Uang kerohiman Rp 4 juta dari empat monyetnya yang terjaring razia digunakan untuk memproduksi kelambu, yang bisa menghasilkan pendapatan mencapai Rp 2,25 juta per hari. “Saya jual kelambu ini di toko-toko dekat rumah dulu,” kata Dede.

Sedangkan Kadmari, 40 tahun, pengamen topeng monyet yang tinggal di perkampungan topeng monyet Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur, kebingungan setelah dua ekor monyetnya terjaring razia petugas Satpol PP. Memang Kadmari memperoleh uang kerohiman Rp 2 juta. Namun dia pesimistis uang tersebut bisa digunakan untuk menghidupi keluarganya. “Anak saya ada sepuluh yang masih butuh makan dan biaya lainnya,” ujarnya.

AFRILIA SURYANIS | ISTMAN MP

Berita terkait:

FOTO Pengamen Topeng Monyet `Tiarap`
Topeng Monyet Dirazia, Pawang Diberi Rp 1 Juta

Juragan Topeng Monyet Berharap Belas Kasihan Jokowi
Razia Topeng Monyet Dianggap Tabrak Budaya Betawi

Berita terkait

Perkiraan Cuaca BMKG: Hujan dan Petir Akan Melanda Jakarta

10 Desember 2018

Perkiraan Cuaca BMKG: Hujan dan Petir Akan Melanda Jakarta

BMKG membuat perkiraan cuaca dimana hujan disertai petir dan angin kencang akan melanda Jakarta.

Baca Selengkapnya

Korban Crane Ambruk di Kemayoran Jadi Pengungsi Sementara

7 Desember 2018

Korban Crane Ambruk di Kemayoran Jadi Pengungsi Sementara

Operator crane ambruk menyewa sebuah rumah untuk ditempati keluarga Husin yang rumahnya rusak tertimpa crane.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Buat Aturan Baru, Tim Pembebasan Lahan Dapat Honor

5 Desember 2018

Anies Baswedan Buat Aturan Baru, Tim Pembebasan Lahan Dapat Honor

Pergub 127 yang diteken Gubernur Anies Baswedan diharapkan mampu mempercepat program pembebasan lahan yang selama ini tersendat.

Baca Selengkapnya

Bos Sarana Jaya Ingin Sulap Tanah Abang Seperti SCBD 8 Tahun Lagi

23 Oktober 2018

Bos Sarana Jaya Ingin Sulap Tanah Abang Seperti SCBD 8 Tahun Lagi

Desain penataan Tanah Abang menjadi seperti kawasan SCBD Jakarta, masih digarap dan ditargetkan selesai tahun ini

Baca Selengkapnya

DKI Bantah Gunungan Sampah Muara Baru Imbas Konflik dengan Bekasi

22 Oktober 2018

DKI Bantah Gunungan Sampah Muara Baru Imbas Konflik dengan Bekasi

Dinas LH menjelaskan tumpukan sampah karena truk di Jakarta Utara sedang perawatan oleh agen tunggal pemegang merek (ATPM).

Baca Selengkapnya

Dinas LH: DKI Tetap Butuh Bantargebang Meski ITF Sunter Dibangun

22 Oktober 2018

Dinas LH: DKI Tetap Butuh Bantargebang Meski ITF Sunter Dibangun

ITF Sunter hanya mengelola 2.200 ton sampah per hari dan 10 % residu harus dibuang ke Bantargebang.

Baca Selengkapnya

Koalisi Masyarakat Dukung Rencana DKI Stop Eksploitasi Air Tanah

16 Oktober 2018

Koalisi Masyarakat Dukung Rencana DKI Stop Eksploitasi Air Tanah

Penghentian eksploitasi air tanah, kata Koalisi Masyarakat, bisa menekan penurunan permukaan tanah di Ibu Kota.

Baca Selengkapnya

Pemerintah DKI Susun Aturan Penghentian Eksploitasi Air Tanah

16 Oktober 2018

Pemerintah DKI Susun Aturan Penghentian Eksploitasi Air Tanah

DKI mengusulkan anggaran Rp 1,2 triliun untuk perluasan jaringan pipa air bersih menekan eksploitasi air tanah.

Baca Selengkapnya

Rekayasa Lalu Lintas, Jalan Wahid Hasyim Bakal Satu Arah

1 Oktober 2018

Rekayasa Lalu Lintas, Jalan Wahid Hasyim Bakal Satu Arah

Uji coba rekayasa lalu lintas dilakukan pada 8 Oktober hingga 23 Oktober nanti.

Baca Selengkapnya

Siap-siap Musim Hujan, 129 Kelurahan di DKI yang Terancam Banjir

13 September 2018

Siap-siap Musim Hujan, 129 Kelurahan di DKI yang Terancam Banjir

Balai Besar menjelaskan, wilayah yang berpotensi terendam banjir di Jakarta berada di daerah aliran sungai yang belum dinormalisasi.

Baca Selengkapnya