TEMPO.CO, Depok - Belakangan ini perilaku para pelajar yang tergolong masih remaja semakin brutal. Jika dulu para remaja dikenal nakal hanya karena usil dan suka saling ejek, sekarang tidak jarang mereka melakukan kenakalan dengan menggunakan cara kekerasan, bahkan senjata tajam. Bahkan, mereka sudah berani menghancurkan fasilitas umum, seperti aksi perusakan sekolah yang dilakukan para siswa SMK Kharismawita 4 Depok, Senin, 11 November 2013.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait mengatakan fenomena perilaku kekerasan yang dilakukan anak ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Perilaku tokoh-tokoh sosial yang menyimpang membuat anak-anak mengikutinya.
"Anak mendaur ulang apa yang ditonton di televisi, termasuk perilakuan orang dewasa di sekitarnya yang menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan," kata Arist saat dihubungi Tempo, Selasa, 12 November 2013.
Arist mengatakan, saat ini kebanyakan orang dewasa menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Baik itu orang tua di rumah, tokoh partai politik, maupun semua orang di sekitar kehidupan anak itu. Akhirnya, anak-anak menjadikannya sebagai contoh menyelesaikan masalah mereka. "Termasuk dari game online. Game berkelahi dan tembak-tembakan itu sangat bahaya."
Dalam soal peristiwa perusakan yang dilakukan siswa SMK Kharismawita itu, Arist mengatakan pemicunya adalah anak-anak merasa tidak diperlakukan secara adil. Mereka dituduh melakukan tawuran dan memiliki senjata tajam, padahal mereka mengaku tidak melakukannya. "Karena merasa tak adil diperlakukan oleh aparat dan sekolah maka emosi remaja mereka memuncak," kata dia. Emosi yang memuncak tersebut kemudian disalurkan dengan cara negatif seperti apa yang mereka lihat di sekitarnya. "Akhirnya mereka merusak sekolah. Tetapi, bagaimanapun juga merusak sekolah itu adalah tindakan salah."
Dalam hal ini, kata Arist, seharusnya sekolah tidak hanya mendidik siswa agar menjadi pintar, tetapi juga menjadi siswa yang baik. "Energi remaja harus terkontrol ke arah yang positif karena masih labil," katanya. Tetapi, sekolah tidak melakukan hal yang bijak dalam kasus ini dengan memutuskan untuk mengeluarkan 13 siswanya. Padahal, sebentar lagi di antara para siswa itu ada yang harus mengikuti ujian. "Tak bijak mengeluarkan mereka dari sekolah. Ini akan menimbulkan solidaritas di antara siswa."
Menurut Arist, yang harus dilakukan adalah sosialisasi di tengah masyarakat terkait dengan bahaya adopsi perilaku oleh anak-anak. Orang-orang dewasa harus memberikan contoh positif kepada anak. Sementara itu, sekolah harus bijak. Mereka harus mendidik anak supaya menjadi baik, bukan hanya pintar. "Kembalikan fungsi sekolah."
ILHAM TIRTA
Topik terhangat:
Korupsi Hambalang | SBY Vs Jokowi | Suap Akil Mochtar | Adiguna Sutowo
Berita terpopuler lainnya:
5 Anak Pejabat yang Berurusan dengan Aparat
Dituding Peras Mandiri, Ini Jawaban Tempo
Ini Kejanggalan Tuduhan Jilbab Hitam pada Tempo
Andi Ayyub Sebut Suprapto Berniat Santet KPK
Di Twitter Farhat Singgung Ayu Tingting dan Enji
Berita terkait
Polisi Tangkap Pelajar SMK Terlibat Tawuran yang Tewaskan Siswa SMP
29 Mei 2022
Polisi menangkap satu orang pelaku tawuran yang mengakibatkan seorang pelajar sekolah menengah pertama (SMP) berinisial F (17) tewas.
Baca SelengkapnyaKak Seto Inginkan Satgas Perlindungan Anak Sampai Tingkat RT
28 Agustus 2021
Melihat tingkat kekerasan terhadap anak terus meningkat, Kak Seto menginginkan Indonesia memiliki Satgas Perlindungan Anak hingga tingkat RT.
Baca SelengkapnyaAduannya soal Anjay Dijawab Komnas Anak, Lutfi Agizal: Alhamdulillah
29 Agustus 2020
Laporan Lutfi Agizal soal kata anjay akhirnya dijawab Komnas Perlindungan Anak pada Sabtu, 29 Agustus 2020, lewat rilis resmi mereka.
Baca SelengkapnyaIngin Advokasi Anak Tahanan Rusuh 22 Mei, KPA Akan Usahakan Ini
24 Juli 2019
Komnas Perlindungan Anak berkonsentrasi ingin membebaskan anak yang disangka melakukan tindakan melanggar hukum.
Baca SelengkapnyaSatu Tewas Dalam Tawuran Pelajar di Cileungsi
14 September 2018
Polisi telah menangkap 18 siswa yang diduga terlibat dalam tawuran pelajar di Jalan Raya Cileungsi-Jonggol Desa Cileungsi Kidul.
Baca SelengkapnyaTawuran Sadistis, KPAI: Sekolah Jangan Cuci Tangan
8 September 2018
KPAI meminta pihak sekolah jangan cuci tangan dengan mengeluarkan siswa pelaku tawuran dari sekolah.
Baca SelengkapnyaTawuran Pelajar Direncanakan Lewat Medsos, Polisi Bakal Patroli Siber
6 September 2018
Pada tawuran kelompok Sparatiz dengan Redlebbels didahului tantangan lewat Line dan Instagram.
Baca SelengkapnyaPolisi Tetapkan 10 Tersangka Tawuran Sadistis Remaja di Kebayoran Lama
6 September 2018
Tawuran pelajar sadistis yang melibatkan dua geng remaja menyebabkan seorang pelajar SMA Muhammadyah tewas.
Baca Selengkapnya10 Kamera CCTV Pengawas Tawuran di Pasar Rumput Belum Terpasang
5 September 2018
Hingga saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum memasang kamera pengawas atau CCTV di Pasar Rumput, meski marak tawuran di daerah itu.
Baca SelengkapnyaPelaku Tawuran di Kebayoran Terlacak, Polisi Tangkap 29 Pelajar
4 September 2018
Polisi bertindak tegas kepada pelajar-pelajar yang terlibat tawuran itu karena perilaku mereka cenderung sadistis.
Baca Selengkapnya