Angin Barat Memaksa Nelayan Marunda Alih Profesi  

Reporter

Jumat, 29 November 2013 03:55 WIB

Sejumlah anak bermain meskipun gelombang ombak tinggi di Pantai Marunda, Jakarta, Jum'at (27/1). Gelombang tinggi yang mencapai antara dua hingga tiga meter selama sepekan terakhir di kawasan pesisir Jakarta berefek pada perekonomian warga setempat, seperti nelayan berhenti melaut dan pedagang-pedagang pinggir pantai yang tidak beroperasi karena hantaman ombak merusak sebagian warung mereka. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Musim angin barat sejak awal bulan ini membuat nelayan tak bisa melaut. Akhirnya, mereka harus memutar otak untuk menemukan pekerjaan sementara. Salah satunya Kasman, 39 tahun, nelayan yang beralih profesi sementara sebagai pedagang.

"Kalau tidak begitu, tidak makan," kata dia saat ditemui di lapaknya di bibir bendungan Pantai Marunda, Kamis, 28 November 2013. Dia memilih membuka lapak sederhana yang menjual makanan kecil, minuman, kelapa muda, dan kerang hijau. "Lumayan untuk makan sehari-hari," kata dia.

Menurut Kasman, dari hasil berdagang seperti ini, dia bisa mengantongi sekitar Rp 150.000 dalam sehari. "Itu kalau hari biasa," kata dia. Jika hari libur, menurut dia, dirinya bisa mengantongi sampai Rp 500.000 dari seharian berdagang. "Kalau kondisi pantai lebih rapi, bisa lebih nampaknya," kata dia.

Kasman menuturkan, meski kondisi pantai belum begitu rapi, pengunjung selalu ada setiap harinya. "Kalau waktu liburan sekolah, bisa sampai penuh," kata dia. Dia pun yakin, jika berdagang, pendapatan yang akan diperolehnya bisa lebih besar. "Kondisi gini aja bisa ada yang dapat Rp 1 juta sehari yang dagang," ujar dia.

Menurut Kasman, rata-rata nelayan di kawasan ini pun bukan hanya dia yang beralih profesi sementara. "Banyak juga yang kerja lain selama musim angin barat," kata dia. Ada yang berdagang, ada pula yang menyewakan perahunya untuk pengunjung yang ingin mengitari sekitaran pantai.

Bahri, 33 tahun, nelayan di kawasan tersebut, juga mengatakan hal serupa. Dia memilih menggunakan perahunya untuk pariwisata bagi pengunjung yang ingin berkeliling pantai. "Karena tidak bisa melaut jauh buat mengambil ikan," kata dia. Bahri menarifkan Rp 5.000 per orang bagi pengunjung yang ingin mengitari pantai. Pendapatannya lumayan. Pada hari libur, dia bisa mengantongi hingga Rp 1 juta per hari. "Tapi, kalau hari biasa, tak tentu," kata dia. Hanya beberapa ratus ribu. Jika sedang sepi, dia pun kerap melakukan pekerjaan lain, seperti menjadi supir atau kuli bangunan.

Pada musim bagus, Bahri mengaku bisa mendapat tangkapan ikan sampai 3 kuintal. "Jika dijual, bisa dapat Rp 5 jutaan," kata dia. Namun rata-rata tangkapannya sekitar 50 kilogram per hari. "Rata-rata ikan bandeng," ujar dia. Yang dijual bisa sekitar Rp 15 ribu per kilogram. Kasman pun mengungkapkan hal serupa. Rata-rata, sekali melaut, dia bisa memperoleh ikan sebanyak 30 kilogram.

Meski demikian, Kasman dan Bahri kompak mengatakan bahwa profesi utama mereka adalah nelayan. "Kalau musim sudah baik, kami akan melaut lagi," ujar dia. Keduanya sudah menjadi nelayan sejak usianya masih anak-anak. "Saya sudah 23 tahun jadi nelayan," ujar Bahri.

NINIS CHAIRUNNISA

Baca juga:
Ini Motif Walang, Si Pengemis Tajir

Ada Keluhan? Ini Nomor HP dan E-mail Jokowi

Jokowi Menanti Tiang Monorel Kering

Pemasangan RFID Gratis dan Tak Berbatas Waktu

Berita terkait

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

4 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

6 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

7 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

11 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

12 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

18 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

22 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

30 hari lalu

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

39 hari lalu

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka

Baca Selengkapnya

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

42 hari lalu

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.

Baca Selengkapnya