Kisah Penjaga Palang Kereta 4: Akrab Tragedi
Editor
Yandi M rofiyandi TNR
Rabu, 11 Desember 2013 07:14 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tragedi Bintaro memunculkan banyak cerita soal suka-duka kehidupan penjaga palang perlintasan kereta. Ada yang yang sudah puluhan tahun, ada pula yang masih "hijau". Salah satunya, remaja 16 tahun yang hanya mau dipanggil Rizki, adalah contoh penjaga palang pintu dari kalangan warga. Ia disebut penjaga palang pintu karena kerap nongkrong bersama satpam di pos perlintasan kereta Jalan Kemuning Raya, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, alias Pos Volvo.
Sehari-hari, ia tinggal di rumahnya, Jalan Siaga Darma VIII RT 12 RW 5 Pejaten Timur. Sulung dari dua bersaudara ini adalah anak kondektur kereta api antarkota. Dia kabur dari pesantren pada usia 14 tahun. Setelah itu, Rizki enggan bersekolah.
Energinya disalurkan di jalanan. Meski pekerjaan utamanya tukang parkir, Rizki bahkan lebih lincah dari dua satpam resmi pos perlintasan.
Bertelanjang kaki di bawah terik matahari, ia mencermati kereta yang datang dari arah Bogor, seperti ketika ditemui Tempo, Selasa 10 Desember 2013. Maklum, di arah itu, rel berupa tikungan yang menutup pandangan ke kereta, sehingga kereta kerap kurang disadari kedatangannya. "Tahu-tahu udah dekat," katanya. Sedangkan sirene baru berisik saat jarak kereta 500 meter. "Masinis yang tahu, kalau lewat tikungan ini pasti nglakson."
Kesigapan Rizki sangat efektif mencegah pengendara nakal melintas. Rizki pun ikut adu mulut dengan pengendara yang nyelonong. Rizki menyayangkan ketiadaan polisi dan petugas dinas perhubungan di perlintasan itu. "Polisi adanya kalau dipanggil. Seringnya cuma lewat. Dishub juga enggak ada."
Akrab dengan rel, Rizki menyaksikan banyak tragedi. Yang paling membekas baginya ada dua. Satu, saat rombongan pengantin tertabrak kereta, Maret lalu. Satu lagi tahun 2012 ketika tabrakan karambol taksi dengan sepeda motor dan mobil pribadi. Peristiwa taksi ini bahkan sempat direkamnya. "Orang Indonesia memang susah tertib," kata Rizki.
Dia pun menjadi penyambung lidah cerita horor yang berkembang di kalangan warga pinggir rel. Misalnya, sosok nenek-nenek berjalan di rel dan minta tumbal tiap hari Jumat. Namun Rizki tak terlalu percaya. "Kecelakaan enggak tentu harinya. Tapi kebanyakan, sih, memang hari Jumat," ujarnya merujuk pada kecelakaan taksi.
ATMI PERTIWI
Lihat juga:
Kisah Penjaga Palang Kereta 1: Mual Lihat Mayat
Kisah Penjaga Palang Kereta 2: Meriang Masuk Angin
Kisah Penjaga Palang Kereta 4: Akrab Tragedi
Terkait:
INFOGRAFIS Kronologi Tragedi Bintaro
FOTO Sopir Truk Tragedi Bintaro Dirawat di RSPP
FOTO Bentuk Truk Tangki Usai Tertabrak KRL di Bintaro
Mengapa Masinis Kereta Bintaro Tak Mengerem?