Jokowi Diminta Audit Busway 'Baru tapi Bekas'  

Reporter

Editor

Alia fathiyah

Senin, 10 Februari 2014 13:33 WIB

Seorang petugas saat melintasi bus TransJakarta gandeng bekas dari Cina di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (4/12). Pemerintah DKI menambah armada TransJakarta untuk menunjang transportasi masal dan operasi busway di semua koridor. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) meminta Gubernur Joko Widodo mengaudit pengadaan bus Transjakarta. Menurut Direktur Investigasi dan Advokasi Fitra, Uchok Sky Khadafi, audit itu perlu dilakukan karena banyak keanehan dalam pengadaan bus baru tersebut. “Karena masih baru masak sudah banyak yang rusak,” katanya saat dihubungi, Senin, 10 Februari 2014.

Sebelumnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membeli bus-bus Transjakarta baru asal Cina. Program ini merupakan rencana Jokowi menambah armada bus Transjakarta hingga 1.000 unit. Namun, baru saja dibeli, beberapa bus itu rusak dan terdapat karat di sejumlah titik. (Baca: Busway Baru Jokowi dari Cina Barang Bekas?)

Uchok mengatakan kerusakan mesin dan korosi bagi kendaraan yang masih baru sangat tidak masuk akal. Masalah seperti itu disebutnya hanya terjadi pada kendaraan-kendaraan yang sudah berusia tua. Dia pun menduga pengadaan bus Transjakarta itu sangat mungkin terjadi penggelembungan dana.

Dia pun meminta Gubernur Jokowi untuk mengaudit pengadaan bus melalui Badan Pemeriksaan Keuangan dan Pembangunan. Hasil audit BPKP itu diharapkan bisa mengungkap yang sebenarnya terjadi di balik kerusakan bus baru tersebut. “Harus diaudit dokumennya, termasuk dari lelangnya juga,” kata dia.

Menurut dia, setiap bus yang dibeli memiliki nomor seri kendaraan yang menjadi identitas tunggal. Dari nomor itu bisa dilacak kapan tahun pembuatan kendaraan tersebut. Dia mengatakan bisa saja bus yang baru dibeli itu secara fisik memang baru, tapi mesin yang diusung adalah mesin lama atau mesin bekas. “Kan bisa saja badan bus dipoles biar jadi seperti baru, tapi mesinnya sudah lama,” ujarnya.

Selain BPKP, kata dia, BPK juga dianggap perlu mengaudit anggaran pembelian bus yang bernilai ratusan miliar rupiah tersebut. Audit oleh BPK itu juga bisa mengungkap kemungkinan adanya penggelembungan dana saat pembelian bus tersebut. BPK disebutnya bisa mengaudit anggaran mulai dari perencanaan hingga aspek teknis seperti spesifikasi kendaraan.

“Kalau BPKP kan harus diminta oleh Pemprov DKI, tapi kalau BPK bisa bergerak sendiri kalau memang ada dugaan penyimpangan,” katanya. Uchok pun mendesak Jokowi untuk segera meminta BPKP menggelar audit pengadaan bus Transjakarta itu.

DIMAS SIREGAR

Berita Terpopuler
Buntut Usman Harun, RI Mundur dari Singapore Airshow
Gadis Ini Nekat Cuit Foto Selfie Bugilnya
Publik DKI Lebih Pilih Mega Ketimbang Jokowi
Bagaimana Upaya Terakhir RI Bebaskan Usman-Harun?

Berita terkait

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

5 menit lalu

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

Presidential Club berisi para eks presiden Indonesia yang akan saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menjaga silaturahmi dan menjadi teladan.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

3 jam lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

6 jam lalu

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Guinea di laga playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis, 9 Mei mendatang.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

16 jam lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

17 jam lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

18 jam lalu

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

Salah satu poin penting dalam UU Desa tersebut adalah soal masa jabatan kepala desa selama 8 tahun dan dapat dipilih lagi untuk periode kedua,

Baca Selengkapnya

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

22 jam lalu

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

Beleid itu menyatakan uang pensiun sebagai salah satu hak kepala desa. Namun, besaran tunjangan tersebut tidak ditentukan dalam UU Desa.

Baca Selengkapnya

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

23 jam lalu

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

Panel Barus, mengatakan setelah Ganjar-Mahfud meraih suara paling rendah, PDIP cenderung menyalahkan Jokowi atas hal tersebut.

Baca Selengkapnya

Respons Jokowi hingga Luhut Soal Komposisi Kabinet Prabowo

1 hari lalu

Respons Jokowi hingga Luhut Soal Komposisi Kabinet Prabowo

Jokowi mengatakan dia dan pihak lain boleh ikut berpendapat jika dimintai saran soal susunan kabinet Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Sorotan Media Asing Soal Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora , Apa Alasan dan Syaratnya?

1 hari lalu

Sorotan Media Asing Soal Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora , Apa Alasan dan Syaratnya?

Menkomarinves Luhut Pandjaoitan buka kemungkinan kewarganegaraan ganda untuk diaspora. Apa saja alasan dan syaratnya?

Baca Selengkapnya