Beberapa pengacara dari LBH Mawar Sharon mendampingi 10 anak korban penganiayaan dari Panti Asuhan The Samuel's Home untuk diperiksa di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (26/2). TEMPO/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak tujuh anak Panti Asuhan Samuel dititipkan di Panti Griya Asih, Cempaka Putih, Jakarta. Tidak mudah bagi orang luar untuk mengajak mereka berbincang-bincang. Staf pengasuh Panti Griya Asih, Agustina Irianti, mengatakan tidak ada pendampingan khusus yang diberikan panti terhadap anak-anak dari Panti Samuel. "Mereka hanya didampingi pengasuh," katanya.
Agustina menuturkan, saat baru pertama tiba, ketujuh anak-anak itu lebih banyak diam. Mereka enggan bicara banyak, bahkan bermain dengan anak-anak sebaya mereka. Sikap ini perlahan berubah setelah mereka tinggal selama empat hari. Mereka tak sungkan bergabung dengan teman yang lain, ikut bermain petak umpet, misalnya. (baca: Anak Panti Samuel Jadi Pendiam di Griya Asih)
Saat Tempo mengunjungi Griya Asih di Cempaka Putih Barat, Selasa, 4 Maret 2014, sebagian anak Panti Asuhan Samuel bersikap defensif. Ada dari mereka yang hiperaktif, yaitu Harun.
Agustina bercerita, Harun berperilaku hiperaktif dibanding anak-anak panti lainnya. Kesukaannya adalah memainkan sakelar lampu. "Dia ceklak-ceklek sakelar berulang-ulang, sampai lampu kamar mandi putus," ujarnya. Saat dilarang, Harun lari ke kamar lain dan memainkan saklar lagi berulang-ulang. (Baca: Kisah Tragis Dua Bayi Panti Asuhan Samuel)
Saat ini, aktivitas anak-anak dari Panti Asuhan Samuel adalah bermain dan melakukan pekerjaan ringan, seperti menyapu dan bersih-bersih kamar. Jika anak Panti Griya Asih bersekolah, anak dari Panti Asuhan Samuel belum bisa pergi bersekolah. Selain status mereka yang hanya titipan sementara, sekolah anak-anak dari Panti Asuhan Samuel umumnya di sekitar Serpong, yang jauh dari Cempaka Putih. (Baca: Polisi: Samuel Terbukti Lakukan Pelecehan Seksual dan Istri Samuel Bantah Ada Pelecehan Seksual)