Dua pria menyaksikan aksi sopir bajaj yang mengasapi halaman balai kota di depan Balai Kota, Jakarta (4/7). Tempo/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO , Jakarta: Masa kampanye di Jakarta sudah berlangsung sejak 16 Maret 2014, pekan lalu. Kampanye terbuka di Jakarta dilakukan di sejumlah lapangan atau stadion seperti Lapangan Pulo Mas dan Gelora Bung Karno. Biasanya kampanye itu juga diikuti oleh simpatisan partai.
Namun banyak juga peserta yang dibayar untuk ikut kampanye. Salah satunya diutarakan oleh Wiryo, 45 tahun, "Semua partai menawari kami bayaran untuk kampanye," kata sopir bajaj itu kepada Tempo, 23 Maret 2013. Tapi menurut dia tawaran mengikuti kampanye bayaran itu tak terlalu menarik. Soalnya mereka hanya dibayar Rp 50.000 untuk sekali kampanye. "Padahal kalau narik bajaj bisa dapat Rp 60.000 sampai siang," katanya.
Wiryo juga mengaku belum menentukan pilihan dalam pemilihan umum 26 April mendatang. Dia mengaku belum ada partai ataupun calon legislatif yang sreg untuk dipilih. Pemilu tahun ini juga menurutnya berbeda dari tahun-tahun lalu. Di pemilu sebelumnya masih banyak kawannya yang ikut kampanye secara sukarela karena mendukung partai, kata dia. "Tapi kalau tahun ini semuanya dibayar," kata Wiryo. (Baca: Kisah Koordinator Pengumpul Massa Kampanye dan Politikus Golkar Akui Konstituennya Pilih Jokowi)
Pemilihan Presiden Juli 2014 lalu menjadi etos baru bagi rakyat untuk menentukan calon pemimpinnya. Bagi saya dan sebagian pemilih Jokowi, yang untuk pertama kalinya memilih dalam pemilihan, karena sebelumnya golongan putih, ada motif yang menggerakkan kami. Salah satu motif itu adalah janji kampanye Jokowi yang bertitel Nawacita.