Dua Pilihan Jokowi-Ahok Soal Monorel  

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Selasa, 27 Mei 2014 21:53 WIB

Warga mengunjungi kereta monorel yang dipamerkan di kawasan Monas, Jakarta, Rabu (26/6). TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia, Danang Parikesit, mengatakan Pemerintah Provinsi DKI mempunyai dua pilihan dalam menentukan nasib kerja sama pembangunan monorel dengan PT Jakarta Monorail. Pertama, jika kerja sama dilanjutkan, pemerintah harus bernegosiasi detail soal perjanjian kerja sama. Kedua, jika tidak melanjutkan, pemerintah mesti memberikan kompensasi kepada PT JM.

Negosiasi detail itu, menurut Danang, berkaitan dengan luas properti yang diminta PT JM. "PT JM harus buktikan kenapa minta 200 ribu meter persegi. Harus ditunjukkan. Dokumennya harus diuji, ada independent appraisal," kata Danang ketika dihubungi pada Selasa, 27 Mei 2014.

Danang menuturkan, jika pemerintah bersungguh-sungguh mau menghadirkan monorel, permintaan investor mesti difasilitasi. "Sejauh itu memenuhi syarat pelayanan publik." Dia menyebut investor dan pemprov harus punya kesepahaman dalam hal pengelolaan properti. Tanpa bisnis properti, pemerintah harus mengeluarkan subsidi atas tarif monorel DKI yang mencapai Rp 100 ribu per kilometer. Angka itu berbanding jauh dengan tarif di luar negeri yang sebesar Rp 3.000 per kilometer.

Pengelolaan properti tidak bisa dipisahkan dari bisnis monorel. Danang mencontohkan di Hong Kong. Ada Hong Kong MTR yang pendapatannya 90 persen berasal dari properti. Sedangkan MRT di Jepang, 50 persen dari properti. "Itu properti di stasiun, ya, bukan kawasan baru," kata guru besar Universitas Gadjah Mada itu.

Adapun, untuk pilihan kedua, Pemprov DKI harus membayar kompensasi kepada PT JM jika mau memutus kerja sama. "Misalnya, biaya PT JM membeli saham pemilik lama dan biaya perencanaan." Apa pun pilihan pemprov, kata Danang, pelayanan kepada masyarakat tidak boleh berhenti. Danang sendiri mengaku belum bisa memberikan rekomendasi pilihan yang mesti diambil pemprov karena belum melihat detail perkembangan dokumen kerja sama monorel.

Penyusunan perjanjian kerja sama monorel antara PT JM dan Pemprov DKI menggantung. PT JM meminta hak pemanfaatan properti di tengah kota seluas 200 ribu meter persegi yang tidak mau dipenuhi pemprov. Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama memandang PT JM tidak bonafide. Ia mengeluhkan PT JM yang tidak mampu memenuhi jaminan bank garansi yang disyaratkan pemprov, 5 persen dari nilai proyek. PT JM menawar hingga 0,5-1 persen dari nilai proyek.

ATMI PERTIWI

Topik terhangat:
Jokowi -Kalla | Prabowo-Hatta | Suryadharma Tersangka | Tragedi JIS


Berita terpopuler:
Alasan TNI Pecat Prabowo Kembali Dipertanyakan
Kivlan Zen Tolak Ungkap Fakta 1998 di Depan Komnas HAM
HP Jadul Kembali Populer

Berita terkait

PKS Desak Pemerintah dan Adhi Karya Cabut Tiang Monorel yang Mangkrak

23 Oktober 2020

PKS Desak Pemerintah dan Adhi Karya Cabut Tiang Monorel yang Mangkrak

Suryadi J.P. mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan PT Adhi Karya mencabut tiang monorel yang proyeknya mangkrak.

Baca Selengkapnya

Hari Ini Ahok Luncurkan Buku di Gedung Filateli, Isinya Apa Saja?

16 Agustus 2018

Hari Ini Ahok Luncurkan Buku di Gedung Filateli, Isinya Apa Saja?

Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok meluncurkan buku berjudul Kebijakan Ahok di Gedung Filateli, Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Baca Selengkapnya

Ini Kelompok yang Teriak Hidup Ahok di Peresmian Lapangan Banteng

26 Juli 2018

Ini Kelompok yang Teriak Hidup Ahok di Peresmian Lapangan Banteng

Saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan resmikan Lapangan Banteng, simpatisan mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berteriak hidup Ahok.

Baca Selengkapnya

Cina Siap Bantu Selesaikan Proyek Monorel di Bandung

21 Oktober 2017

Cina Siap Bantu Selesaikan Proyek Monorel di Bandung

Pemerintah Kota Chongqing, Cina, siap membantu menyelesaikan proyek pembangunan jaringan monorel di Bandung.

Baca Selengkapnya

Pesan Djarot untuk Pendukung Ahok-Djarot yang Belum Move On

15 Oktober 2017

Pesan Djarot untuk Pendukung Ahok-Djarot yang Belum Move On

Djarot menyadari banyak pendukung Ahok-Djarot yang belum sanggup melepas kepergiannya.

Baca Selengkapnya

Pidato Terakhir, Gubernur Djarot Sebut Salam Ahok buat Relawan

14 Oktober 2017

Pidato Terakhir, Gubernur Djarot Sebut Salam Ahok buat Relawan

Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menghadiri Kaleidoskop dan Terima Kasih Untuk Ahok-Djarot dan menyampaikan pidato terakhir.

Baca Selengkapnya

Alasan Balai Kota Batasi Karangan Bunga untuk Ahok-Djarot

14 Oktober 2017

Alasan Balai Kota Batasi Karangan Bunga untuk Ahok-Djarot

Sekda DKI Jakarta Saefullah mengatakan arus karangan bunga untuk Ahok-Djarot mulai dibatasi menjelang pelantikan gubernur dan wakil gubernur baru.

Baca Selengkapnya

Nafa Urbach Ikut Nyanyi dan Joget di Lapangan Banteng

14 Oktober 2017

Nafa Urbach Ikut Nyanyi dan Joget di Lapangan Banteng

Artis Nafa Urbach ikut memeriahkan acara Kaleidoskop dan Terima Kasih untuk Ahok-Djarot dengan bernyanyi dan berjoget di Lapangan Banteng, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Polisi Kerahkan 567 Personel Jaga Acara Relawan Ahok-Djarot

14 Oktober 2017

Polisi Kerahkan 567 Personel Jaga Acara Relawan Ahok-Djarot

Kabag Ops Polres Metro Jakarta Pusat AKBP Asfuri mengatakan telah menyiapkan 567 personel gabungan untuk menjaga acara Terima Kasih untuk Ahok-Djarot.

Baca Selengkapnya

Ribuan Orang Padati Kaleidoskop dan Terima Kasih Ahok-Djarot

14 Oktober 2017

Ribuan Orang Padati Kaleidoskop dan Terima Kasih Ahok-Djarot

Forum Komunitas Relawan Basuki-Djarot (BaDja) menggelar kaleidoskop dan Terima Kasih Ahok-Djarot di Lapangan Banteng, yang mengundang 10.000 relawan.

Baca Selengkapnya