Cuaca mendung terlihat dari ketinggian kawasan Harmoni, Jakarta, Jumat (2/3). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan cuaca ekstrem pada 29 Februari-3 Maret 2012, disebabkan oleh daerah tekanan rendah di Samudera Hindia Barat Aceh. Awan hujan berpotensi terjadi di pesisir barat Sumatera, Jawa, Kalimantan bagian selatan. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Bogor - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga memprediksi hujan dengan intensitas di atas rata-rata bahkan ekstrem masih akan terjadi di wilayah Bogor dan sekitarnya hingga awal pekan depan.
"Berdasarkan pantauan satelit citra dan pengukuran curah hujan di beberapa lokasi, curah hujan rata-rata dalam sepekan terakhir rata-rata di atas 50-100 milimeter," kata Kepala Stasiun Klimatologi Dramaga Dedi Sucahyono, Rabu, 18 Juni 2014. (Baca:BMKG: Masyarakat Tidak Perlu Khawatir El Nino)
Kondisi cuaca ekstrem ini menyebabkan curah hujan berada di atas normal, meski sebenarnya Indonesia telah masuk musim kemarau. Hal ini disebabkan oleh suhu muka laut di wilayah Indonesia masih hangat. "Kondisi ini menyebabkan awan berpotensi menyimpan uap air pembentukan awan hujan dengan intensitas cukup tinggi," katanya.
Karena itu, dalam kurun sepuluh hari ke depan, wilayah Jabodetabek masih berpotensi diguyur hujan, terutama pada sore hingga malam hari. "Pagi hingga siang kondisi cuaca akan terik matahari, sedangkan pada sore hingga malah hari terjadi hujan yang cukup lebat," katanya. (Baca: Cuaca Panas lalu Hujan Deras, Ini Penjelasan BMKG)
Dengan kondisi tersebut, pihaknya mengimbau masyarakat untuk waspada akan tanah longsor, terutama di Kecamatan Sukajaya, Cigudeg, Babakanmadang, Cisarua, Cijeruk, Cariu, dan Sukamakmur. "Wilayah itu termasuk rawan bencana longsor karena sebagian merupakan perbukitan," kata Dedi.
Dia mengatakan, kendati di wilayah lain potensi longsor masih sangat kecil, tetap saja pihaknya mengimbau warga yang berada di kawasan lereng agar tetap waspada akan cuaca ekstrem yang bisa terjadi sewaktu-waktu. "Potensi longsor masih kecil dibandingkan nanti pada bulan September (musim hujan). Namun diharapkan warga di sekitar lereng selalu waspada," ujar Dedi. (Baca: Angin Tutup Pemicu Hujan Angin di Jakarta)