Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memberikan keterangan kepada wartawan terkait majunya Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi maju sebagai calon Presiden pada pemilu 2014 di Balaikota, Jakarta Pusat, Jakarta (14/3). Dalam keterangannya Ahok menyatakan siap menggantikan posisi Gubernur dan mendukung pencalonan Jokowi sebagai presiden dari partai PDI-P. ANTARA/Muhammad Adimaja
TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengungkapkan harapannya kepada calon presiden terpilih. Bahkan, Ahok memiliki segudang harapan, terutama soal koordinasi antara pusat dan daerah. (Baca: Coblos Prabowo, Ahok Prediksi Pemenangnya Jokowi)
Menurut Ahok, selama ini koordinasi antara pusat dan daerah cenderung buruk. "Seharusnya ada rapat tertentu dalam kabinet yang gubernur dilibatkan. Selama ini tidak," ujar Ahok di kediamannya, di Perumahan Pantai Mutiara, Pluit, Jakarta Utara, Rabu, 9 Juli 2014. (Baca: Ahok Soal Pilpres: Jangan Golput, Nanti Menyesal)
Ahok mengatakan ada beberapa proyek DKI yang harus mendapatkan izin pusat. Misalnya, membangun Bandar Udara Ali Sadikin dan reklamasi pulau. "Ini semua minta izin pusat dulu," kata Ahok. (Baca: LSI, SMRC, dan IPI: Jokowi-JK Menang 52,7% Vs 47,2%)
Selain itu, soal infrastruktur juga bermasalah. Ahok mendapatkan keluhan dari warga tentang Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, yang rusak. Hanya saja, Ahok tak bisa memperbaikinya karena itu adalah jalan nasional sehingga yang mesti memperbaikinya adalah Kementerian Pekerjaan Umum. "Saya sudah mengirim surat kepada mereka untuk memperbaiki, tapi tidak dibalas juga," ucapnya. "Kalau kami kerjakan mereka tersinggung. (Baca: Ahok Kesal Banyak Jalan Berlubang dan Tergenang)
Ahok juga menyampaikan persoalan tentang normalisasi Kali Pesanggrahan. "Ini kenapa tidak dikeruk oleh pusat. Pusat katanya tidak punya uang. Padahal, tidak perlu uang kalau kami yang mengerjakan, pinjam saja alat berat," ujarnya (Baca: Prabowo Tak Percaya Hasil Hitung Cepat)
Meski begitu, Ahok mendukung siapa saja menjadi presiden. "Dua-duanya cocok jadi presiden. Tapi aku pilih nomor satu sesuai jari," kata dia sembari mengacungkan telunjuknya.