TEMPO Interaktif, Jakarta: Dewan Transportasi Kota Jakarta menilai, penggarap monorel Jakarta, PT Jakarta Monorail, tidak kredibel. Skema pendanaan proyek yang berubah-ubah membuat Dewan meragukan perusahaan itu sanggup menyelesaikan proyek.Ketua DTK Jakarta Susanto Soehodho mengatakan, Jakarta Monorail tidak konsisten menawarkan skema pendanaan proyek. Pada awalnya, mereka mengaku sanggup menanggung dan mencari pinjaman sendiri. Belakangan, mereka merasa Pemerintah DKI harus menyertakan modal untuk menarik investor. "Proyek monorel ini harus dievaluasi," kata Susanto di Jakarta, Minggu (10/4). Menurut Susanto, seharusnya skema pendanaan proyek ini sudah jelas sejak dari awal. "Jadi tidak berubah-ubah di tengah jalan," kata dia.Susanto juga meragukan kemampuan monorel mengatasi pertumbuhan penumpang Jakarta. Menurut dia, monorel hanya mampu menampung sekitar 25 ribu penumpang per jam satu arah. Susanto meragukan monorel masih mampu menampung jumlah penumpang dalam 30 tahun mendatang, ketika proyek ini diserahkan pemerintah. "Jangan-jangan, 30 tahun nanti sudah over capacity," ujarnya. Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso berang dengan komentar ini. Sutiyoso minta para pakar berhenti berkomentar soal monorel. "Komentar seperti ini bisa membuat kabur investor. Mereka akan berpikir pemerintah tidak mendukung," kata Sutiyoso akhir pekan lalu.Sutiyoso percaya, monorel bisa mengatasi masalah transportasi di Jakarta. Pemerintah DKI juga masih mendukung rencana ini. Sutiyoso mengaku akan terbang ke Korea dan Cina untuk mencari pengganti teknologi Hitachi dari Jepang karena dianggap terlalu mahal.Jakarta Monorail menyatakan urung meminta Pemerintah DKI Jakarta urun dana dalam proyek monorel. Direktur Utama Jakarta Monorail Ruslan Diwiryo mengatakan, Jakarta Monorail mundur menuntut investasi pemerintah karena merasa terhambat prosedur. Tapi, Jakarta Monorail tetap minta Pemerintah DKI memberikan subsidi tarif monorel.Menurut Ruslan, seharusnya Pemerintah DKI perlu menanamkan investasi demi pelayanan publik. Tapi, karena tawaran mengucurkan dana investasi ini terhambat prosedur dan ditentang banyak pihak, Jakarta Monorel, memilih mundur menuntut dana investasi itu. multazam/ewo raswa