Petugas perpustakaan menunjukan buku pelajaran baru kurikulum 2013 di SMA 68 Jakarta (15/07). Di hari pertama tahun ajaran 2013/2014, Kemendikbud menerapkan kurikulum baru 2013. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta - Penerapan kurikulum 2013 membuat guru dan siswa bingung. Alasannya, buku-buku pelajaran yang akan digunakan belum didistribusikan ke sekolah.
"Kami guru dan siswa kelas 7 dan 8 agak bingung karena buku-bukunya belum diberikan," kata Hadi Utomo, Wakil Kepala SMP Negeri 161, kepada Tempo, Rabu, 13 Agustus 2014, di sekolahnya, Jalan Bendi Raya, Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Dia mengatakan kurikulum 2013 telah mulai digunakan sejak Juli 2014. Penerapan kurikulum ini dilakukan untuk kelas 7 dan 8. Adapun kelas 9 tetap menggunakan kurikulum lama. Dari 49 guru tetap di SMP Negeri 161, sebanyak 44 guru telah mendapatkan pelatihan tentang kurikulum 2013. Pelatihan dilakukan selama lima hari di SMP Negeri 177, Rempoa, pada awal puasa lalu.
Menurut Hadi, ketiadaan buku menjadi kendala utama penerapan kurikulum di sekolahnya. Karena itu, solusi sementara yang dilakukan di sekolah ini adalah berdasarkan pengalaman selama pelatihan saja. "Apa yang dilatih diterapkan di lapangan," kata Hadi. (Baca: Percetakan Tak Selesaikan Buku Kurikulum 2013)
Ketiadaan buku ini juga dikeluhkan siswa. Siswa mengaku tidak tahu materi apa yang akan dipelajari di kelas. "Kami enggak bisa belajar di rumah karena enggak ada buku. Paling hanya mengulang yang sudah dipelajari di kelas," kata Farabi Dharma Rizqi Utama, siswa kelas 8, kepada Tempo.
Kondisi ini juga menyulitkan proses belajar-mengajar. Sebab, kurikulum 2013 menuntut partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. "Pelajaran lebih susah karena harus aktif, tapi bukunya belum ada," kata Farabi.
Hadi mengatakan sekolahnya tetap menerapkan kurikulum 2013 meskipun buku pelajaran belum didistribusikan. Dia belum tahu hingga kapan kondisi ini akan terjadi. "Dijanjikan segera, tapi tidak tahu kapan," katanya. (Baca: Ahok Tak Sepakat Penerapan Kurikulum 2013)
