TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) Arist Merdeka Sirait mengatakan penting bagi sekolah untuk mengadakan kegiatan yang dapat menyalurkan energi remaja untuk mencegah tawuran.
"Energi remaja bisa disalurkan melalui musik, seni, dan kepahlawanan," kata Arist ketika dihubungi Tempo, Ahad, 17 Agustus 2014. "Tawuran merupakan penyaluran dari kebutuhan penyaluran energi kepahlawanan."
Selain itu, Arist menyarankan orang tua tidak mendaftarkan anaknya ke sekolah yang memiliki catatan tawuran. Alasannya, beberapa anak remaja menganggap nama dan citra sekolah yang sering tawuran sebagai suatu gengsi.
Mereka lantas memilih sekolah tersebut sebagai pilihan utama. "Anak-anak baru itu sudah tahu sekolah yang mereka pilih sering tawuran. Mereka malah menganggap sekolah itu bergengsi," kata dia.
Fenomena tawuran kembali terjadi pada Rabu pekan lalu di Jakarta dan Depok. Tawuran ini menewaskan dua pelajar kelas X dari STM Adi Luhur Jakarta dan SMK Baskara Depok. Sebelumnya, SMK Baskara dan SMK Pancoran Mas memang sudah dikenal saling bermusuhan. Keduanya sudah berkali-kali melakukan tawuran di daerah Sawangan, Depok.
Polisi Sebut Ada Pergeseran Pola Tawuran Pelajar di Jakarta
4 September 2018
Polisi Sebut Ada Pergeseran Pola Tawuran Pelajar di Jakarta
Polisi melihat adanya pergeseran pola tawuran pelajar yang terjadi di DKI Jakarta. Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Stefanus Tamuntuan mengatakan tawuran saat ini banyak terjadi pada malam dan dini hari, dari yang biasanya siang atau sore selepas pulang sekolah