Seorang pria bertahan di rumahnya di bantaran Kali Ciliwung, Jatinegara Barat, Jakarta, yang terendam banjir (18/1). Kawasan Kampung Pulo terendam hingga 4 meter. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat tata kota Yayat Supriatna mengatakan bantaran kali lebih favorit digunakan untuk membangun permukiman kumuh dibanding bantaran rel. Sebab, lokasi tersebut dianggap lebih strategis untuk memenuhi kebutuhan dasar.
"Mereka memanfaatkan kali sebagai tempat mandi, cuci, kakus," kata Yayat ketika dihubungi Tempo, Senin, 18 Agustus 2014. Menurut dia, secara psikologis, manusia pada dasarnya akan mencari lokasi yang dekat dengan sumber air. Karena itu, bantaran kali lebih dipilih. (Baca: Bangunan di Bantaran Kali Mampang Ditertibkan)
Sedangkan bila tinggal di bantaran rel kereta, warga sulit mengakses air. Karena itulah kebanyakan rumah di bantaran rel hanya berupa gubuk, bukan bangunan semipermanen seperti yang terlihat di pelipiran kali.
Alasan berikutnya, kepemilikan kali yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah dianggap menyebabkan lemahnya pengawasan. Celah ini kemudian dimanfaatkan oleh warga untuk membangun rumah di bantaran kali.
"Daerah cenderung abai jika ada permukiman di kali milik pusat. Pun sebaliknya. Akhirnya, terjadi pembiaran," ujar pengajar teknik planologi Universitas Trisakti tersebut. Dia menyarankan, lebih baik perawatan kali diserahkan kepada pemerintah daerah, sehingga mudah dikontrol.
Karena adanya dua faktor ini, Yayat menyimpulkan, tak heran jika hampir semua bantaran kali di Ibu Kota sudah "dikuasai" warga. Upaya normalisasi kerap menemui kendala lantaran warga yang tinggal di bantaran kali sudah terlalu banyak. (Baca: Bantaran Kali Mampang Dibongkar, Warga Pasrah)
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
58 hari lalu
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
Wakil Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan menyampaikan, banyaknya titik genangan air di Jakarta terjadi karena kondisi daratan yang berada dibawah permukaan air laut.