Kemacetan lalu lintas menuju kawasan puncak di Gadog, Bogor, Jabar, Jumat (23/3). FOTO ANTARA/Jafkhairi/Koz/Spt/12.
TEMPO.CO, Bogor - Ketua DPC Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor Adhy Satrianto menolak wacana satu hari tanpa kendaraan pelat B di Kota Bogor. "Masyarakat Bogor yang memiliki kendaraan pelat B pasti menentang, apalagi pengusaha," kata Adhy saat dihubungi Tempo, Kamis, 18 September 2014. (Baca: Bima Arya Bantah Larang Mobil Pelat B Masuk Bogor)
Menurut Adhi, dalam beberapa pertemuan dengan pejabat Pemerintah Kota Bogor, sempat ada ide untuk membuat satu titik poin agar masyarakat Jakarta dan sekitarnya yang akan berwisata ke Kota Bogor memarkirkan kendaraannya di tempat itu. Setelah itu, mereka menggunakan angkutan umum sampai tujuannya. "Jadi, masyarakat Jakarta yang akan berwisata belanja dan kuliner di Kota Bogor tidak perlu bermacet ria," kata dia. (Baca: Sehari tanpa Pelat B di Bogor, Ini Tanggapan Bekasi)
Manajer Restoran Saung Kuring Oshin khawatir jika kebijakan satu hari tanpa kendaraan pelat B di Kota Bogor diberlakukan, maka restoran, hotel, tempat belanja, dan wisata, akan sepi. "Kebijakan ini akan mempengaruhi jumlah kunjungan ke Kota Bogor dan mengakibatkan penurunan pendapatan kami," ujarnya. (Baca juga: Ahok Tak Terima Mobil Pelat B Macetkan Bogor)
Lagipula, menurut Oshin, pemerintah belum bisa mendukung dan menjamin masyarakat akan aman dan nyaman menggunakan kendaraan umum. Selain akan mengurangi pendapatan dan jumlah kunjungan wisata ke Kota Bogor, kebijakan itu juga pasti akan menyusahkan dan mempersempit ruang lingkup aktivitas masyarakat. "Tidak semua lokasi wisata, outlet, hotel dan wisata itu dilintasi oleh angkutan umum karena fasilitas dan infrastrukturnya belum memadai," kata dia.