Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok beraktifitas di ruang kerjanya, Gedung Pemprov DKI Jakarta, Jakarta, 21 November 2012. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO,Jakarta - Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tidak ambil pusing melihat organisasi kemasyarakatan Front Pembela Islam terus menolak dia menjadi pemimpin Jakarta. Menurut dia, penolakan itu menjadi bukti bahwa demokrasi sudah berjalan di negeri ini.(Baca: Banyak Kerjaan, Ahok Males Ngomongin FPI)
Selama penolakan itu tidak dibarengi dengan tindakan anarkistis, Basuki tidak mempermasalahkan. "Tuhan saja enggak semua orang suka. Buktinya, rumah ibadah saja enggak penuh juga, kan," kata Ahok seusai apel pagi di lapangan Kepolisian Daerah Metro Jaya, Senin, 17 November 2014.
Mantan Bupati Belitung Timur itu menerima anggapan bahwa dia memiliki kekurangan untuk menjadi pemimpin Jakarta. Sebab, ia berpendapat, tidak ada pemimpin yang seratus persen sempurna. (Baca: Relokasi, Ahok: Pendatang Pulang Kampung Saja) "Syarat jadi presiden dan gubernur itu 50 persen plus satu. Kalau seratus persen, enggak ada yang jadi presiden, enggak ada yang jadi gubernur," ujarnya.
Menjelang pelantikan Ahok menjadi Gubernur DKI, FPI giat melakukan demonstrasi di depan Balai Kota. Dalam tiap aksinya, FPI menuntut Ahok mundur. Mereka bahkan berjanji akan menggelar demonstrasi setiap hari bila Ahok menjadi gubernur. (Baca: Ahok Pastikan Dilantik Besok)