Sejumlah pengendara motor berusaha menerobos banjir setinggi lutut orang dewasa di sebagian Jalan Abdulah Syafei, Kampung Melayu, Jakarta, 20 November 2014. Banjir merupakan kiriman air kali ciliwung dari bogor. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO,Jakarta - Ilmuan Geometric dari Fakultas Infrastruktur Universitas Wollongong, Australia Thomas Holderness mengatakan timnya sedang menciptakan sistem respon cepat (rapid response system) dalam menghadapi banjir di Jakarta. "Ini akan mempersingkat waktu petugas dalam memberikan bantuan," kata Thomas saat di temui di kantornya, Ahad, 23 November 2014.
Menurut Thomas sistem pelaporan dari masyarakat ini menggunakan platform media sosial Twitter. Pemilihan platform tersebut, kata dia, karena masyarakat Jakarta terbilang sangat aktif di Twitter. "Tidak perlu membuat akun atau apapun dan sangat mudah menggunakannya," ujar pria asal Inggris tersebut. (Baca: Banjir, Penjaga Pintu Air Lembur tanpa Insentif)
Menurut Thomas dengan menuliskan #banjir pada @Petajkt, cuitan para netizen akan terdeteksi dan PetaJakarta.org akan mengirimkan email konfirmasi untuk mengajak dan mengkonfirmasi tweet yang diterima. "Kami sementara ini hanya memberikan satu kali konfirmasi saja," kata dia. (Baca: Ahok Penentu Jokowi Kebanjiran atau Tidak)
Konfirmasi email, kata Thomas, akan membedakan warna data yang ditampilkan dalam peta digital. Tujuannya untuk memudahkan petugas atau siapapun yang membutuhkan informasi mengenai banjir. "Warna biru merupakan data yang sudah terkonfirmasi, dan oranye belum," ujarnya. (Baca: Beda Reaksi Jokowi dan Ahok Hadapi Banjir)
Proyek ini, kata Thomas, telah bekerja sama dengan Badan Penganggulangan Bencana Banjir (BPBD) Jakarta. Kami telah mengundang perwakilan BPBD ke Australia untuk mengetahui permasalahaan banjir di Jakarta. "Kami juga sudah melakukan pemetaan di hampir semua sungai mapun kali yang ada di DKI," kata dia. (Baca juga: Ahok: Banjir Jadi Ajang Cari Keuntungan)