Pecandu narkoba berteriak pada mesin untuk melepaskan kemarahan terpendam selama terapi psikologis pada pusat rehabilitasi Shiliping di Longyou, Zhejiang, Tiongkok, 19 Juni 2014. Rehabilitasi dengan fasilitas dan pasien terbesar di negara ini berdiri pada 2008. REUTERS / William Hong
TEMPO.CO, Jakarta: Warga Kompleks Permata yang dulu dikenal sebagai Kampung Ambon kini tak lagi menolak keberadaan pelayanan rehabilitasi narkoba di Klinik Permata.
Herdiansyah, dokter di klinik rehabilitasi, mengatakan pecandu narkoba di Kampung Ambon sempat menaruh curiga tinggi terhadap program rehabilitasi saat klinik baru didirikan pada 2013. Umumnya, pecandu takut suatu saat ditangkap lalu dijebloskan ke penjara. Namun, sekarang sebagian besar pengakses layanan rehabilitasi datang dengan inisiatif sendiri ke klinik. (Baca: BNN: Kampung Ambon Sudah Bebas Narkoba.)
"Justru beberapa warga sini malah membawa sanak-saudara atau kolega yang menjadi pecandu narkoba untuk direhabilitasi," kata Herdiansyah, dokter klinik.
Tercatat sudah 200 pelayanan rehabilitasi diberikan hingga awal tahun ini. Tingkat konsistensi pemulihan juga dianggap berkembang pesat dibandingkan 2013. "Kalau dulu baru detoks berapa hari lalu pakai lagi, kan tidak bagus untuk proses yang dianggarkan selama 14 hari. Kalau sekarang tidak, sebab barang juga sudah sangat sulit didapat," kata Herdiansyah.
Kebanyakan pecandu di Kampung Ambon menggunakan narkoba jenis sabu dan ganja. Dulu tak sulit untuk mendapatkan barang ini, sampai-sampai ada istilah bandar keliling. Kondisi ini juga yang membuat warga sangat resisten dengan upaya penanggulangan narkoba. Tapi berdasarkan catatan terakhir, ada dua pecandu yang sudah sepuluh tahun menggunakan, datang sendiri untuk mengakses layanan rehabilitasi.