TEMPO Interaktif, Jakarta:Petambak udang sekitar Teluk Jakarta mengeluhkan kuantitas dan kualitas udang yang menurun karena limbah yang semakin parah di perairan tersebut. Pendapatan petambak dari hasil panen udang tak lagi mencukupi kebutuhan hidup dalam satu tahun terakhir. "Hasil panen selalu gagal karena udang selalu mati,"kata Suwardja, petambak dari perairan Gembong Selatan, di Tempat Pelelangan Udang cilincing, Jakarta Utara.Sejak limbah mencemari perairan, petambak tak lagi menanam benih udang. Padahal, dengan menanam benih udang kualitas tinggi seperti udang windu, penghasilan akan sangat tinggi. Saat ini, hanya mengandalkan udang hasil alam yang hasilnya tak menentu. "Kualitas udangnya kurang,"ujarnya. Harga tiap udang tersebut seharga Rp 10 ribu-Rp 20 ribu perkilogram.Dengan hanya mengandalkan udang hasil alam, dalamsatu hari pendapatannya hanya Rp 50.000 atau sekitar 5kilogram udang. Padahal, satu tahun sebelumnya, diamampu memperoleh Rp 300 ribu per hari atau sekitar 25kilogram udang dari hasil tambak.Para petambak menduga limbah berasal dari pabrik yang berada di sekitar Muara Gembong Selatan. "Pabrik semakin banyak,"kata Icawan, seorang petambak lainnya.Menurut Kepala Badan Pengelolaan LingkunganHidup Daerah Jakarta Utara (BPLHD), Supardiyopencemaran Teluk Jakarta didominasi limbah domestik atau rumah tangga dibandingkan limbah industri atau pabrik. Unsur amonia dan kandungan besi yang biasanya terdapat dalam limbah pabrik masih dalam ambang batas wajar di Teluk Jakarta. Penelitian kualitas baku air Teluk Jakarta dilakukan pada tahun 2004 di 7 titik perairan, termasuk Gembong selatan.Yuliawati