Ahok Memastikan Warga Gusuran Pinangsia Bisa Pindah
Editor
MC Nieke Indrietta Baiduri
Kamis, 28 Mei 2015 12:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyatakan warga Pinangsia, Jakarta Barat, bisa langsung pindah ke Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Marunda dan Cengkareng. Menurut dia, warga Pinangsia sudah diberi waktu untuk mengurus administrasi pindah.
"Keluarga yang sudah punya kunci tak boleh dilarang pindah," kata Ahok, sapaan Basuki, di Balai Kota, Kamis, 28 Mei 2015.
Ahok menjelaskan Unit Perumahan Jakarta Utara dan Suku Dinas Perumahan dan Gedung DKI telah memiliki data warga Pinangsia yang terdaftar untuk mendapatkan unit. Dari 531 warga Pinangsia dengan 178 kepala keluarga, hanya 114 keluarga yang dinyatakan berhak mendapat unit rumah susun. Alasannya, kata dia, tak semua rumah dimiliki oleh kepala keluarga yang berbeda. "Ada satu orang punya lima rumah sekaligus di sana," kata Ahok.
Kepala Suku Dinas Perumahan dan Gedung DKI Ika Lestari Adji memastikan rusun Marunda siap ditempati warga gusuran Pinangsia. Saat ini dirinya sedang berkoordinasi dengan Unit Perumahan Jakarta Utara. "Tidak ada penolakan itu," kata Ika.
Syamsudin, warga RT 05 RW 06 Pinangsia, menelan kekecewaan saat berada di Rusun Marunda untuk mengambil kunci. Pria berusia 56 tahun ini bersama puluhan warga Pinangsia lainnya ditolak oleh petugas pengelola Rusun Marunda.
"Petugas itu bilang yang dari Jakarta Utara saja dua tahun belum dapat, kok, ini yang di Jakarta Barat besok digusur malah sudah dapat," kata Syam kepada Tempo, menirukan ucapan petugas saat itu, Rabu, 27 Mei 2015.
Syamsudin adalah warga yang terkena program pembongkaran di Bantaran Kali Ciliwung. Ia sudah memiliki surat pengantar, bahkan sudah mengikuti pengundian kunci. Namun saat melihat lokasi sekaligus menukarkan surat dengan kunci, ia ditolak seorang petugas yang bernama Iwan.
Syamsudin mengaku awalnya senang melihat rusun Marunda. "Tempatnya baru dan bagus," kata dia. Namun ia kemudian kecewa sekaligus panik karena waktu pembongkaran makin dekat sementara dia belum punya tempat untuk berlindung. "Sekarang enggak tahu mesti bagaimana," katanya.
YOLANDA RYAN ARMINDYA| DINI PRAMITA