3 Kejanggalan Kematian Akseyna UI Versi Sus Mardoto
Editor
Rini Kustiani
Rabu, 17 Juni 2015 06:59 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Kolonel Sus Mardoto menduga putranya, Akseyna Ahad Dori, 18 tahun, dibunuh. Mardoto mensinyalir pembunuh Akseyna adalah orang dekat yang ada di sekeliling anaknya di Depok.
“Sebab, saya tak kenal betul dengan lingkungan pergaulan Akseyna selama ia di Depok,” ujar Mardoto dalam wawancara dengan Tempo di Yogyakarta, Rabu, 10 Juni 2015. Mardoto berfirasat motif pembunuhan Akseyna ialah masalah pribadi.
Pada kesempatan itu, Mardoto membeberkan sejumlah kejanggalan kematian Akseyna.
1. Sambungan Telepon
Pada Minggu siang, 29 Maret 2015, keluarga mengirimkan pesan pendek ke ponsel Akseyna. Saat itu status pesan pending. Namun, pada malam harinya, pesan tersebut terkirim atau delivered.
Mengetahui pesan telah terkirim, ibu Akseyna, Karimatul Ummah, langsung menghubungi nomor telepon Akseyna. Namun yang menjawab bukan Akseyna.
Seseorang yang mengaku teman Akseyna dan sedang menginap di kamar kos Akseyna menjawab panggilan telepon Karimatul. “Dia mengaku sebagai temannya dan mengatakan bahwa Akseyna sedang tidak di kamar,” kata Mardoto.
Pada Senin siang, 30 Maret 2015, keluarga kembali menghubungi ponsel Akseyna. Namun sambungan telepon itu tak terjawab. Karimatul kemudian menghubungi nomor telepon rumah kos Akseyna.
Sambungan telepon itu dijawab penjaga kos. Si penjaga kos menyatakan Akseyna belum pulang dan di kamarnya ada beberapa teman Akseyna. Menurut penjaga kos itu, teman-teman Akseyna sedang mengakses laptop Akseyna yang katanya banyak dipasangi password.
Selanjutnya, Karimatul—melalui penjaga kos—meminta berbicara dengan salah satu teman Akseyna. Pada sambungan telepon tersebut, teman Akseyna mengatakan memang sedang berada di kamar Akseyna. Dia berujar tidak sendirian, tapi bersama beberapa teman Akseyna yang lain.
Padahal, tiga hari sebelum percakapan ini terjadi, jasad Akseyna ditemukan mengambang di danau UI pada Kamis, 26 Maret 2015.
Selanjutnya: Banyak teman di kamar Akseyna
<!--more-->
2. Akses ke Kamar Akseyna
Mardoto heran kenapa banyak teman yang berada di kamar Akseyna, sementara si penghuni kamar sedang tidak ada. Teman-teman Akseyna itu juga tahu betul barang-barang milik Akseyna yang ada dan tidak ada di dalam kamar.
Dalam percakapan dengan Karimatul, teman Akseyna menjelaskan di kamar terdapat laptop, ponsel, dan dompet. Juga ada semua jaket milik Akseyna, kecuali jaket jumper bertuliskan “Universitas Indonesia”. Keluarga merasa janggal kenapa teman Akseyna ini hapal betul secara detail barang-barang yang dimiliki Akseyna.
Selanjutnya: Pesan perpisahan
<!--more-->
3. Pesan Perpisahan
Mardoto kaget ketika ada seorang mahasiswa yang menghampirinya di kampus UI pada Senin sore, 30 Juni 2015. “Tiba-tiba ada seorang mahasiswa yang mengaku teman Akseyna menyodorkan surat peninggalan Akseyna dan menyatakan pada malam kemarin dia menginap di kamar Akseyna," tutur Mardoto.
Padahal dua staf pengajar yang merupakan dosen wali Akseyna dan Ketua Jurusan Biologi mengaku tak tahu di mana Akseyna berada.
Yang membuat Mardoto merasa aneh, saat itu belum ada identifikasi terkait dengan kematian anaknya. “Lagi pula mengapa ia memberi surat tersebut ke saya jika memang isinya menyatakan Akseyna bunuh diri? Bukan ke pihak berwajib?” ucap Mardoto.
Makin melihat banyak kejanggalan, Mardoto mendatangi pos keamanan kampus FMIPA UI, yang saat itu terdapat sekitar 6-7 staf keamanan. Karena tak tahu-menahu soal Akseyna, seorang petugas keamanan menyarankan agar Mardoto kembali mendatangi kantor Kepolisian Sektor Beji.
MUHAMMAD RIFQY FADIL (YOGYAKARTA)