Tas Hermes Himalayan Crocodile Birkin yang berlapiskan emas putih dan 245 berlian asli tersebut berukuran diameter 30 sentimeter dan menjadi tas paling langka di dunia. dailymail.co.uk
TEMPO.CO, Jakarta - Sosialita Margaret Vivi yang menjadi korban penipuan tas bermerek Hermes mengaku tak pernah sekali pun membeli tas palsu. Dia bahkan tak pernah membeli tas seharga ratusan ribu rupiah.
"Kalau Rp 500 ribu sih buat aku cuma buat kantong kresek," kata dia saat ditemui usai persidangan kasus penipuan tas Hermes di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa, 8 September 2015.
Menurut dia, harga tas yang biasa dia beli paling murah ada di kisaran Rp 500 juta. Tas-tas yang dimaksud adalah tas bermerek Louis Vuitton atau Yves Saint Laurent. Biasanya, Vivi, sapaan akrabnya, juga membeli tas-tas ini dari toko online milik terdakwa Devita Priska.
"Dalam satu tahun, saya banyak lah beli tas murah sama dia," kata Vivi.
Untuk tas bermerek Hermes, Vivi rela mengeluarkan kocek hingga Rp 800 juta. Vivi mengatakan toko online Devita paling sering dia kunjungi karena memiliki koleksi tas Hermes yang dia inginkan. Salah satunya adalah tas yang jadi persoalan dalam kasus penipuan ini, tas Hermes tipe Sac Birkin 30 Crocodile Niloticus Himalayan.
Vivi mengatakan dirinya tak merasa nyaman jika menggunakan tas-tas palsu. Menurut dia, lebih baik menggunakan tas yang harganya sedikit lebih murah tapi tetap asli.
"Saya gak mau menipu diri sendiri," kata dia mantap.
Vivi sehari-harinya adalah seorang pengusaha jual-beli mobil. Ibunya adalah Imelda Sundoro, seorang pendiri dealer PT Sun Motor. Imelda baru-baru ini sempat menjadi sampul majalah Forbes Indonesia karena kesuksesannya membesarkan dealer terkemuka ini.
Kementerian Perdagangan Sebut Sektor Penjualan Online Terbanyak Mendapat Keluhan dari Konsumen
16 hari lalu
Kementerian Perdagangan Sebut Sektor Penjualan Online Terbanyak Mendapat Keluhan dari Konsumen
Kementerian Perdagangan menyebut sektor penjualan online paling banyak dilaporkan keluhan konsumen lantaran banyak penipuan. Selain itu, Kemendag telah menutup setidaknya 223 akun yang diindikasi sebagai penipu.