Dokter melakukan suntik vaksin difter ke Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno di Balaikota DKI Jakarta, 15 Desember 2017. Tempo/Hendartyo Hanggi
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan akan ada peningkatan anggaran penyediaan vaksin imunisasi difteri 20-30 persen. Hal ini, kata dia, untuk menekan jumlah kasus difteri, yang meningkat menjadi 57 kasus dari sebelumnya hanya 25 kasus dan menyerang orang dewasa.
"Akan ada penambahan anggaran 20-30 persen lebih tinggi untuk semua usia. Penyebarannya (difteri) sudah tidak bisa diprediksi lagi," ujarnya saat ditemui di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Rabu, 27 Desember 2017.
Sandiaga menjelaskan, penambahan anggaran untuk vaksin akan diambil dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah . Dengan adanya penambahan anggaran ini, 1,7 juta vaksin, yang sebelumnya tidak tersedia, diharapkan bisa tersalurkan.
Difteri merupakan penyakit yang menular melalui percikan ludah pasien. Penyakit ini cukup menular sehingga penderita harus dirawat di ruang isolasi.
Untuk mencegah penyebaran wabah yang lebih luas, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melaksanakan program Outbreak Respons Immunization (ORI) pada 11 Desember lalu. ORI dilakukan lebih dulu di dua daerah, yakni Jakarta Barat dan Jakarta Utara, yang menjadi daerah terbanyak orang terjangkit difteri. Ke depan, ORI akan dilakukan kembali pada Januari dan Juni 2018.
Sandiaga mengimbau masyarakat selalu mewaspadai penyebaran difteri. Ia menjamin pihaknya akan terus memastikan ketersediaan vaksin difteri selalu cukup.
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?